Rabu, 01 November 2017
Popularitas Ridwan Kamil Hanya Di Sosmed
Berita Dunia Jitu - Kontestasi Pemiilihan Umum serentak tahun 2018 tidak terasa sudah semakin dekat dan iklim politik sudah semakin panas membahana. Dialog politik dan lobi-lobi semakin gencar dilakukan tokoh-tokoh yang berkeinginan untuk mengikuti kontestasi. Tim relawan yang dibentuk para kandidat semakin getol dan massif untuk membantu sosialisasi kemasyarakat untuk menaikkan elektabilitas dan popularitas.
Pagelaran pemilu serentak tahun 2018 akan lebih besar daripada Pilkada sebelumnya. Sebanyak 171 daerah akan berpartisipasi pada ajang pemilihan kepala daerah tahun depan. Dari 171 daerah tersebut, ada 17 provinsi, 39 kota, dan 115 kabupaten yang akan menyelenggarakan Pilkada di 2018. Beberapa provinsi di antaranya adalah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
Realistis sebenarnya jika banyak pengamat mengatakan bahwa Pilkada di Provinsi Jawa Barat lebih seksi dan memiliki nilai plus tinggi karena tidak dapat dipungkiri Provinsi ini memiliki jumlah pemilih yang sangat tinggi. Maka sangat penting untuk menguasai wilayah Provinsi ini jika ingin menang dalam Pemilu Presiden dan Legislatif tahun 2019.
Sekedar mengingatkan di pemilihan presiden tahun 2014 wilayah Provinsi Jawa Barat dimenangkan oleh Prabowo Subianto dan Hatta Radjasa. Salah satu faktor penting dalam kemenangan tersebut adalah dimana provinsi Jawa Barat sampai saat ini dikuasai kader PKS. Kita sudah mengetahui bahwa PKS sangat setia mendampingi Gerindra sampai saat ini dipentas politik nasional.
Melihat hasil pemilu sebelumnya partai pengusung Presiden Joko Widodo yakni PDI Perjuangan tidak akan mau kembali merasakan kekalahan karena kurang tepatnya strategi politik. Penulis merasa cukup mengherankan dimana PDI Perjuangan tidak mendukung Ridwan Kamil (RK) yang memiliki popularitas tertinggi di Jawa Barat.
PDI Perjuangan melalui Sekretaris Jenderal, Hasto Kristiyanto memaparkan bahwa popularitas dari RK yang merupakan Walikota Bandung tidak berbanding lurus dengan kinerjanya dalam memimpin. Kinerja RK secara faktual dilapangan tidak secemerlang apa yang terlihat di sosial media. Dimana membahas tentang RK selalu menjadi trending topik dan viral di sosial media.
Berikut petikan berita tentang keputusan PDI Perjuangan untuk tidak mendukung RK :
Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto mengatakan bahwa meski Wali Kota Bandung, Ridwan Kamil punya popularitasnya yang tinggi. Namun Emil, sapaan akrabnya, justru dianggap tak cukup cemerlang kinerjanya. "Kami membandingkan mana yang mampu membangun perubahan yang sistematik, perubahan yang tidak diukur media sosial tapi ya diukur kerja faktual di lapangan," kata Hasto di kantor DPP PDI Perjuangan, Jakarta, Senin (30/10/2017).
Pemaparan dari Bapak Sekjen PDI Perjuangan tersebut tidak seperti yang penulis pikirkan karena RK beberapa waktu yang lalu sangat dekat hubungannya dengan PDI Perjuangan. Dimana RK sering diundang baik sebagai undangan biasa maupun sebagai undangan pembicara dalam agenda-agenda partai pengusung Presiden Jokowi tersebut.
Kondisi mengajarkan kepada kita bahwa politik itu dinamis dan tidak dapat ditentukan berdasarkan kedekatan. Prinsip tidak ada teman dan musuh yang abadi semakin tampak nyata direalitas kondisi perpolitikan Indonesia. Sudah ada beberapa tokoh yang sudah menjalin komunikasi dengan PDI Perjuangan. Dimana salah satunya adalah kang Dedi Mulyadi (DM) yang merupakan ketua DPD Partai Golkar Provinsi Jawa Barat.
Kondisi ini memang sangat membingungkan dimana Partai tempat DM selama ini bernaung malah memutuskan untuk mendukung RK yang selama ini kita ketahui merupakan tokoh independen yang tidak mau bergabung langsung kedalam Partai. Memang sangat menyakitkan bagi DM yang selama ini ikut membesarkan Partai Golkar di Provinsi Jawa Barat. Kita sudah mengetahui juga bahwa hasil suara Partai Golkar pada pemilu tahun 2014 baik pilpres dan pilcaleg sangat terbantu oleh kinerja dari DM yang sampai hari ini masih sah menjabat sebagai Bupati Purwakarta pada periode ke 2 (dua).
Kedepannya PDI Perjuangan juga akan menjalin komunikasi dengan Deddi Mizwar (Demiz) yang beberapa waktu lalu dikecewakan juga oleh Partai Gerindra dengan membatalkan keputusan dukungan terhadap dirinya. Kondisi yang sangat membingungkan sebenarnya jika kita perhatikan perkembangan politik di Provinsi Jawa Barat.
Tarik ulur kepentingan dan lobi-lobi politik sangat dinamis dan penuh tanda tanya. Koalisi di tataran Nasional (Pusat) tidak menentukan dapat dilanjutkan di tingkat 1 (satu) Provinsi dan tingkat 2 (dua) Kabupaten/Kota. Tidak ada yang dapat memprediksi kondisi perpolitikan Jawa Barat saat ini. Jadi sampai sekarang belum ada kepastian yang resmi dan bisa saja ada perubahan sampai surat dukungan tersebut diserahkan langsung ke Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Memang benar saat ini telah landing salah satu kandidat yakni Ridwan Kamil (RK) dengan didukung oleh Partai Golkar, Nasdem, PPP dan PKB Sehingga total kursi koalisi pendukung adalah 38 kursi. Penulis berharap tidak adanya perubahan lagi kedepan bagi partai pendukng RK melihat kondisi komunikasi politik masih saling berebut menempatkan kadernya diposisi Calon Wakil Gubernur.
Sumber
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Write komentar