Rabu, 15 November 2017

Buni Yani Di Vonis Bersalah

Buni Yani Di Vonis Bersalah

Berita Dunia Jitu - Akhirnya jatuh juga vonis untuk seorang dosen bernama Buni Yani. Persidangan yang telah berlangsung sejak beberapa bulan silam ini akhirnya memberikan keputusan yang sah setelah diketuk palu oleh ketua majelis hakim M Sapto hari ini 14 November 2017.

Oleh jaksa penuntut umum, Buni dituntut dengan pidana penjara selama 2 tahun dan denda Rp 100 juta subsider 3 bulan kurungan. Jaksa yang mewakili rasa keadilan publik Indonesia menilai Buni Yani terbukti bersalah atas kasus dugaan pelanggaran Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) Pasal 32 ayat 1 karena telah dengan sengaja dan tanpa hak menambah serta mengurangi informasi elektronik dan dokumen elektronik milik publik atau pribadi.

Buni Yani di sisi lain tentu saja dengan gagahnya merasa tidak bersalah sedikit pun atas kekacauan yang telah terjadi karena postingannya. Bahkan hari ini pun masih saja dia mengucapkan kata-kata seperti di bawah ini.

"Dalam persidangan yang mulia ini saya berulang kali menyampaikan mubahalah saya, sumpah paling tinggi dalam agama Islam. Saya tidak pernah memotong video." ucap Buni Yani

"Dan, apabila hari ini saya diputus bahwa saya dinyatakan bersalah dalam perkara ini, orang yang menuduh dan orang yang memutuskan perkara ini karena telah menuduh saya memotong video mudah-mudahan orang tersebut kelak akan dilaknat oleh Allah," ucap Buni Yani
Dan hari ini, kita semua telah mengetahui vonis untuk kasus ini. Pada akhirnya, terdakwa Buni Yani divonis bersalah dan dijatuhi hukuman 1 tahun 6 bulan penjara.

"Menyatakan terdakwa Buni Yani terbukti secara sah bersalah melakukan mengubah, menambah, mengurangi, melakukan transmisi, merusak, menghilangkan, memindahkan, menyembunyikan suatu informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik milik orang lain atau milik publik," ucap ketua majelis hakim M Sapto dalam sidang di Gedung Arsip, Jalan Seram, Bandung, Jawa Barat.
Buni Yani Tidak Penting Lagi

Sebenarnya, menurut saya pribadi, tidak penting lagi apa vonis yang dijatuhkan kepada Buni Yani. Bagi saya dia mau dipenjara atau mau dibebaskan bukanlah lagi suatu hal yang amat sangat layak kita perdebatkan berbulan-bulan di acara talk show ataupun dalam portal opini.

Karena dampak dari yang ia lakukan telah terjadi. Penyebaran kebencian terhadap unsur SARA telah merebak luas di negeri ini. Salah satu pejabat terbaik yang dimiliki bangsa ini telah dipenjara. Konflik horizontal dimana-mana yang terjadi karena kurangnya toleransi dalam kehidupan beragama pun sudah tercatat dalam sejarah Indonesia (patung ditutup kain, acara keagamaan dibubarkan, dan lain-lain).

Buni Yani mau dipenjara atau dibebaskan sudah tidak penting lagi jika dilihat dari dampak yang telah terjadi karena perbuatannya. Namun demikian, menurut saya hal itu menjadi penting jika dilihat dari kacamata kemungkinan apa yang bisa jadi akan terjadi di masa depan.

Yang Saya Awalnya dan Kini Khawatirkan

Yang saya awalnya khawatirkan bukan perasaan para pendukung Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok yang akan sangat kecewa ketika Buni Yani divonis bebas. Yang saya khawatirkan awalnya juga bukan apakah para pendekar keyboard di negeri ini akan ketiban rejeki sehingga media sosial kita akan sangat ramai kembali.

Yang saya khawatirkan sebelum mendengar hasil vonis adalah apa yang bisa terjadi ketika Buni Yani bebas. Yang ada dalam bayangan saya adalah bebasnya Buni Yani akan berdampak sosial yang sangat besar terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara kita.

Ketika seseorang yang telah melakukan provokasi dengan unsur SARA dan dampaknya telah sangat jelas terjadi di akar rumput masyarakat Indonesia divonis bebas, bukankah artinya tidak apa-apa melakukan hal yang sama dan tidak perlu khawatir akan mendapatkan hukuman pidana?

Ketika seorang sudah jadi terdakwa saja masih saja melakukan sumpah serapah dan mengeluarkan kata-kata yang bagi saya mengancam hakim seperti di atas lalu kemudian dibebaskan dari segala tuduhan pidana, entah apa lagi kata-kata yang akan keluar dari mulutnya?

Yang saya tadinya khawatirkan adalah hilangnya nalar akal sehat dari negeri ini. Yang saya khawatirkan adalah semakin merebaknya ajaran yang mengujar kebencian terhadap sesama warga Indonesia yang berbeda suku, ras, agama dan kepercayaan yang dianutnya.

Yang saya tadi siang khawatirkan adalah masa depan anak-anak Indonesia yang beberapa bulan lalu meneriakkan 'bunuh... bunuh... bunuh si **' itu. Yang saya tadinya khawatirkan adalah bagaimana generasi penerus bangsa ini dapat fokus untuk membangun negerinya ketika terus diajarkan untuk menghakimi perbedaan ketika hidup di tempat yang mana orangnya berbeda-beda ini?

Kesesatan yang diteriakkan terus menerus akan dianggap sebagai sebuah kebenaran Ilahi. Kebatilan yang dibalut dengan agama dan digaungkan terus menerus bisa jadi akan dianggap sebagai sebuah kemuliaan.

Yang kini saya khawatirkan adalah kelompok mereka terus melakukan provokasi dan terus meneriakkan yang itu-itu lagi. Masalah agama lagi, pembelaan agama lagi, penzoliman terhadap kaum agama tertentu lagi. Itu lagi dan itu lagi yang dijual dan digoreng.


Mereka akan terus membodohi orang-orang bodoh (maaf) yang ada di negara kita. Dan pastinya mereka akan terus membawa-bawa unsur agama dan terus menekankan perbedaan di antara kita.

Belum juara berapa menit, hashtag "BuniYaniTidakBersalah" dan "BebaskanBuniYani" sudah menggema di media sosial Twitter. Memang hal ini tidak mengejutkan, namun kalau tidak dikelola dengan baik bisa saja jadi membahayakan. Orang-orang yang tidak paham ini harus cepat-cepat diselamatkan ke daratan, karena mereka juga adalah putra-putri bangsa ini.

Yang kini saya khawatirkan adalah proses hukum selanjutnya karena ini bukan akhir. Jangan sampai Buni Yani menang di tahap banding ataupun kasasi. Jangan sampai! Karena kalau tidak, orang-orang seperti dia tidak akan merasa bersalah karena telah mengakibatkan perpecahan bangsa kita. Karena kalau tidak, saya khawatir nilai-nilai kemanusiaan yang luhur dan mulia akan hilang dari dalam jati diri bangsa ini...

Penutup

Tuhan memang tidak pernah tidur. Saya sangat percaya akan hal ini dan tidak pernah sedetik pun saya meragukan hal itu. Hukum karma itu pasti ada, karena menurut saya itu adalah hukum yang paling adil yang menopang keberlangsungan alam semesta dimana kita hidup saat ini.

Akhirnya sang jagoan Buni Yani dijatuhi hukuman juga. Meski ini bukan akhir, tapi bagi saya ini adalah awal kemenangan dari keadilan sosial di Bumi Pertiwi kita tercinta.

Saya mau mengajak masyarakat Indonesia yang belum berubah untuk berubah. Mayoritas elemen bangsa ini harus bisa membedakan yang mana yang menyesatkan dan yang mana yang memberikan penerangan batin. Umat-umat beragama di Indonesia harus dapat membedakan pemuka agama yang mana yang patut didengar dan yang mana yang selayaknya tidak didengar. Rakyat Indonesia harus bisa membedakan yang mana yang menzalimi yang mana yang terzalimi.

Memang benar bahwa sang waktu akan membuktikan apakah dipenjaranya Buni Yani memang berdampak positif terhadap kehidupan sosial di masyarakat kita seperti apa yang saya harapkan.

Dan kemudian seorang putra bangsa Indonesia tersebut pun menyudahi tulisannya. Ia menutupnya dengan menyampaikan bahwa harapan dan doanya sebagai warga negara Indonesia yang mencintai negerinya hanya satu.....

yaitu semoga saja negaranya terus damai dan masyarakatnya dapat hidup berdampingan satu sama lain.

Dan untuk menjaga negara kita untuk terus damai adalah tugas kita bersama: ia sendiri, kamu, dan dia. Tanggung jawab kita semua, lepas dari apa suku, agama, ras dan kepercayaan kita.

Dari sebatang pohon yang ingin berdiri kokoh dan tegar di tengah badai dan topan…

Sumber

Tidak ada komentar:
Write komentar