Rabu, 15 November 2017

Over Spekulasi Agama, Buni Yani Di Anggap Pahlawan Al Maidah

Over Spekulasi Agama, Buni Yani Di Anggap Pahlawan Al Maidah

Berita Dunia Jitu - Dari pengedit video, peng-upload video, penjual mug, sampai kepada pahlawan Al-Maidah, semua gelar sudah dimiliki oleh BY, mantan dosen LSPR yang membuang diri dari jabatannya karena status tersangkanya pada tanggal 8 Oktober 2016 silam. Sudah satu tahun lebih orang ini lepas dari jabatan dosen/pengajar di London School of Public Relation.

Sempat luntang lantung dan mencari-cari jabatan, mulai dari berjualan mug, hingga pada akhirnya ia dianggap sebagai pahlawan Al-Maidah. Bahkan pahlawan Al-Maidah ini dicetak dan dikenang. Foto BY dan gelar penobatan pahlawan salah satu surat di Alquran ini bahkan dicetak di sebuah lencana plastik. Apa? Lencana plastik? Ya betul sekali! Pin yang biasanya anak-anak dapatkan.

Setelah fotonya terpajang di mug alias cangkir beling cantik, fotonya pun akan diabadikan di sebuah pin plastik, dengan peniti yang mudah bengkok jika dicoba colok ke baju yang tebal. Hahaha. Ini adalah bentuk penghargaan dari para laskar nomor togel kepada BY, sang pahlawan Islam. Lucunya, gelar dosen yang begitu baik, dibuang begitu saja karena mungkin ia ditekan secara mental dan disuruh keluar secara mandiri, ketimbang ditendang oleh pihak LSPR.

Sebenarnya pantaskah BY dapat dikatakan sebagai seorang pahlawan? Sebelum kita membahas itu, izinkan saya untuk menjelaskan apa arti pahlawan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pahlawan adalah orang yang menonjol karena keberaniannya dan pengorbanannya dalam membela kebenaran. Pejuang yang gagah berani.

Pahlawan itu muncul dari bahasa Sansekerta yang aslinya phala-wan. Phala artinya buah pala, dan wan adalah orang yang mendapatkan buah pala yang berkualitas bagi bangsa, negara dan agama. Menurut Perpres 33 tahun 1964 tentang siapa yang layak mendapatkan gelar pahlawan ada beberapa syarat.

Pertama, pahlawan adalah WNI yang gugur atau tewas akibat tindak kepahlawanannya yang cukup memiliki mutu dan nilai jasa perjuangan. Kedua, WNI yang masih diberikan hidup, yang sudah melakukan tindak kepahlawanan yang membuktikan jasa pengorbanan dalam suatu tugas perjuangan unutk bela negara.

Jadi dari penjelasan mengenai KBBI dan Perpres, sudah jelas bahwa BY itu sebenarnya jauh dari gelar pahlawan, apalagi pahlawan Al-maidah. Mungkin lebih cocok ia menjadi polwan atau abangan ketimbang seorang pahlawan. Ahok jauh lebih pantas mendapatkan gelar pahlawan, bahkan pahlawan Almaidah.


Saya yakin, dengan kasus Ahok, lebih banyak orang Islam yang mempelajari kitab sucinya, dan membuka kitab Almaidah. Jadi dengan demikian, Ahok lebih pantas masuk sebagai pahlawan yang membela kebenaran dan berjasa untuk membuka mata para muslim untuk lebih melek Alquran. Ini fakta, buktinya dengan teman-teman kuliah saya yang mulai bertanya-tanya dan penasaran mengenai surat ini. Terima kasih Ahok.

Selanjutnya, BY yang divonis 1,5 tahun penjara, menurut saya sudah menjadi pertimbangan yang matang oleh para hakim. Hakim memvonis BY 1,5 tahun penjara, mungkin tanpa pertimbangan tertentu, hanya berdasarkan pertimbangan jaksa penuntut umum dan tim kuasa hukum BY. Namun begini, saya lebih melihat bagaimanapun juga, Tuhan sedang mengintervensi hukum di Indonesia. Mengapa?

Saya melihat dalam waktu tersebut, BY dan Ahok diprediksi akan keluar bersama, dan kita dapat melihat siapa yang keluar sebagai pahlawan, siapa yang keluar sebagai onggokan sampah masyarakat. Kita lihat saja sekarang ini, sebelum BY divonis pun, ia sudah menjadi sampah masyarakat yang dibully, hidupnya sudah, dan bahkan ia mengakui hal tersebut. Tekanan-tekanan massa dan mimpi buruknya, membuat ia harus berada di bawah tingkat stress.

Mungkin ada saja orang yang menghibur dirinya dan menganggap dirinya sebagai pahlawan, namun percayalah, di dalam hati kecilnya, ia tahu bahwa itu hanyalah pelipur lara. Gelar pahlawan Almaidah itu tidaklah pernah nyata. Kebenaran itu hanya menjadi sebuah informasi yang hambar, karena tidak ada korespondensi dan koherensi dengan kenyataan. Sederhananya, Buni Yani hanya diberikan sebuah placebo alias obat bohong-bohongan, untuk menghibur diri.

Bahkan menurut saya, sumpahnya di bawah Alquran pun tidak dianggap serius, karena ia yang sempat bersumpah tidak memotong video, malah divonis hal yang demikian. Inilah yang saya katakan bahwa BY tidak lebih dari sampah yang tidak lagi digunakan oleh masyarakat, karena sudah dengan sangat lancang bermain-main di bawah kitab suci.

Sumber

Tidak ada komentar:
Write komentar