Minggu, 03 September 2017
Tidak Mungkin PKS Dan Gerindra Pecah Kongsi
Berita Dunia Jitu - Sebab nasionalisme dan patriotisme sudah bukan lagi versi Gerindra, juga apalagi slamisme itu versi PKS. Sepertinya ke depan akan terjadi sebuah tontonan sinetron politik, yang sutradaranya harus berkonsultasi pada pembuat sinetron-sinetron yang di MNC.
Mengapa ke MNC grup, karena hanya di sana yang memungkinkan mengubah alur cerita sebuah sinetron “Tukang Bubur Naik Haji” tanpa ada lagi tukang buburnya. Persis, saat PKS mendepak Fahri, mencoba mengeluarkannya untuk mengubah alur “sinetron”, tapi tidak mengubah jalan cerita awal.
Viral mengenai akun @febriamanullah yang mencuit “Fitnah keji kalau Saracen dihubungkan dengan pasukan Cyber PKS. Orang yang di Saracen memang kami kenal tapi beda partai. Mereka @Gerindra”. Siapakah Febri Amanullah itu? Dia adalah kader PKS.
Dengan melihat pernyataannya, apakah memang sedang terjadi pembagian “roti” yang tidak adil setelah kemenangan kedua partai tersebut dalam Pilkada DKI Jakarta yang lalu? Ataukah dengan kondisi yang sudah terpaparkan dalam alinea pertama artikel ini, mereka saling cuci tangan?
Mengenai tentang dua partai yang tersebut dalam judul di atas. Kita tidak menutup mata dengan kondisi yang terjadi di kedua partai tersebut, saat awal-awal masih memiliki anggota partai yang berdiri Bersama sebagai partai oposisi pemerintah.
Ternyata lambat laun, beberapa partai yang tergabung di dalamnya mulai sadar, dan bergabung dengan pemerintah untuk tetap memperjuangkan amanah penderitaan rakyat, dan pada akhirnya hanya tertinggal mereka berdua.
Tidak masuk akal. Dengan politik Indonesia yang hanya ada “Hitam dan Putih” salah satu dari mereka berpisah, meskipun dengan mengusung semangat dan wajah baru sebagai partai alternatif atau partai “hijrah”.
Kalau melihat lingkungan basis antara kedua partai tersebut, memang lebih dari sebuah perebutan roti semata, akan tetapi mereka juga telah melihat dan menyadari, tentang hati rakyat yang kini tidak lagi bisa memihak pada para penghianat bangsa, khususnya masyarakat yang sudah melek IT.
Bagaimana tidak, sejak Saracen terbongkar dan Jonru sang panglima Al-Kadzab memperlihatkan kepolosannya di ILC. Semua menjadi senang dan bahagia karena akan melihat kondisi di mana media social akan lebih produktif lagi tanpa ujaran kebencian dan hoaks.
Meskipun kita masih bisa melihat beberapa kelompok yang dengan memakai akun palsu, tetap menyebarkan tulisan/meme/video “provokatif” yang justru memperlihatkan kepanikan mereka. Tapi tetaplah tenang dan jangan khawatir, sebab tidak menunggu lama mereka akan kembali pada garis kehidupan yang sudah direstui oleh ibu pertiwi.
Selain dari pada itu semua, apapun bentuk hate speech dan hoaks yang beredar, dengan berbagai ideologi yang mereka bawa, tetpalah mereka menjadi tangan-tangan panjang kepentingan politik yang ada.
Jelas dan terang, meskipun masih belum terbukti bahwa Saracen berhubungan langsung dengan Gerindra dan PKS, tapi pimpinannya adalah fans berat Prabowo. Sehingga apapun yang menjadi berita-beritanya adalah kerja-kerja agitasi dan propaganda untuk melawan atau hanya sekedar bertolak punggung dengan pemerintah
Sederhananya untuk menafsirkan arah kedua arah partai tersebut, kita tinggal melihat artis politik yang ada di Senanyan yang dimiliki kedua partai tersebut, yaa Fahri Hamzah dan Fadli Zon. Kita mengenalnya sebagai manusia yang seperti lirik lagu Slank, “tong kosong nyaring bunyinya”. Di otaknya hanya ada rebut dan ribut, tentunya dengan mengatasnamakan wakil rakyat.
Memang, dalam dunia politik kita tidak bisa melihat “hitam dan putih”, meskipun kita bisa melihat dengan jejaring politik yang ada berwarna “hitam dan putih”. Kita sudah bisa bersepakat bahwa para pengujar kebencian dan berita bohong itu adalah musuh negara dan musuh seluruh anak bangsa.
Tapi sangat tidak elok dan bijaksana saat keberadaan mereka memang disengaja ada untuk kepentingan politik, dan sangat ‘bajingan banget’ saat di kemudian hari mereka terbukti bekerja atas instrumen politik, hasil dari pengajuan proposal mereka.
Maka setidaknya kita sudah dapat menilai tentang usaha pemerintah untuk memerangi pengujar kebencian dan penyebar berita bohong, dan beberapa orang-orang partai yang diam-diam membela mereka. Cukup! Kita sudahi opini ini, mari kita songsong masa depan Indonesia tanpa kebencian.
Sumber
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Write komentar