Rabu, 01 November 2017
Jika PDI Perjuangan Berjihad Bersama PKS
Berita Dunia Jitu - Jawa Barat merupakan daerah yang juga menjadi perhatian di saat pilkada selain DKI. Pilkada Jawa Barat kali ini membawa angin segar untuk merajut kembali kebhinekaan yang mau diakui atau tidak sempat terganggu akibat pilkada DKI Jakarta tahun ini.
Seperti kita ketahui bersama, tidak banyak tokoh yang bisa diangkat untuk calon Gubernur dan calon wakil Gubernur Jawa Barat. Para partai miskin kader membuat seseorang tokoh lebih penting dan lebih dipandang tanpa perduli dia berasal dari partai manapun. Sebenarnya bukan hanya soal partai mana, tetapi suku dan agama apapun menjadi tidak penting lagi.
Jawa Barat, menurut hasil survei yang digunakan untuk menentukan sebuah peta kekuatan, ternyata kang Emil yang tanpa partai mendapatkan peringkat tertinggi. Survei yang dilakukan secara profesional tentu akan menghasilkan data yang mendekati akurat. Data yang akurat akan menjadi sumber yang tepat dijadikan sebagai dasar dalam mengambil keputusan.
Kang Emil Emil tanpa meminta, partai politik sudah berbondong-bondong untuk meminangnya. Yang pertama kali meminang adalah partai Nasdem. Partai yang diketuai oleh Surya Paloh ini, sudah jauh-jauh hari mendeklarasikan Kang Emil sebagai Cagub yang akan diusungnya.
Setelah Nasdem, partai-partai lainpun ikut menyusul seperti Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan diikuti oleh Partai Persatuan Pembangunan (PPP), bahkan Golkar pun ikut mendeklarasikan diri untuk mengusung Ridwan Kamil.
Yang menjadi unik dari partai-partai pengusung Kang Emil adalah Golkar. Seperti yang kita ketahui bersama, Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Golkar Jawa Barat Dedi Mulyadi juga sesungguhnya akan mencalonkan diri menjadi Cagub. Sosok Dedi Mulyadi sendiri menurut saya tidak dapat dianggap remeh. Meskipun saya suka dengan kang Emil, tetapi secara pribadi saya lebih mendukung Dedi Mulyadi untuk menjadi Gubernur Jawa Barat. Yah memang keduanya menurut saya bagus tetapi toh kita harus memilih.
Ketika partai Nasdem, PKB, PPP dan Golkar sudah menentukan pilihan, partai yang tersisa seperti PDI P, PKS dan Gerindra ditambah Demokrat masih galau untuk mengusung siapa dalam pilkada Jawa Barat. Rumor yang beredar Gerindra ditinggalkan oleh PKS lantaran ada perbedaan pendapat. Rumor yang beredar juga, PDI P dan PKS kemungkinan bisa menjadi koalisi untuk mengusung seorang calon di pilkada Jawa Barat.
Jika nanti benar bahwa PDI P dan PKS berkoalisi ini sangatlah bagus. Bahkan jargon yang akan muncul jika kedua partai ini berkoalisi adalah nasionalis religius. Kemungkinan besar yang diusung adalah Dedi Mulyadi sebagai Cagubnya. Dedi Mulyadi sendiri merupakan orang yang sangat mencintai budaya asli Indonesia seperti saya, sungguh perpaduan yang keren menurut saya.
Yang tidak kalah kerennya jika koalisi antara PDI P dan PKS serta yang diusung adalah Dedi Mulyadi , kemungkinan besar pilkada Jawa Barat akan lebih adem daripada pilkada DKI Jakarta yang lalu. Tidak ada lagi isu SARA yang digunakan untuk menyerang salah satu tokoh. Seperti kita ketahui bersama, dan sudah menjadi rahasia umum, bahwa saat PDI P VS PKS akan ada bumbu-bumbu yang berkaitan dengan SARA bisa terjadi di media sosial, terkait siapa yang menyebarkan itu, menurut saya itu tidak penting, karena sudah banyak yang mengetahuinya.
Jika PDI P dan PKS bersatu, menurut saya yang mengorbankan diri adalah PDI P. Meskipun demikian saya yakin terhadap PDI P, bahwa demi keutuhan bangsa, PDI P rela berkorban dan rela dimaki-maki lantaran berkoalisi dengan PKS. Bukan tanpa sebab kenapa banyak yang tidak setuju PDI P berkoalisi dengan PKS, karena PDI P sudah banyak difitnah dan tidak jarang berasal dari simpatisan partai yang menjadi lawan PDI P dalam pemilu, sebagai contohnya simpatisan partai tertentu seperti Jonru.
Jika akar rumput PDI P harus rela berkorban perasaan, lain halnya untuk akar rumput PKS hal ini digunakan sebagai pelajaran, bahwa dalam politik itu tidak ada sahabat dan musuh yang abadi. Oleh sebab itu, tidak elok menggunakan sentimen agama sebagai salah satu cara untuk meraih kekuasaan.
Memisahkan kepentingan politik dengan agama bukan berarti berpolitik dengan mengkesampingkan kebaikan universal yang diajarkan oleh agama. Tetapi hal tersebut tidak lebih untuk menjaga nama baik agama dari penyalahgunaan untuk kepentingan pribadi dan golongan tertenu dalam meraih kekuasaan. Dan kita juga harus mengakui, bahwa kasus kejahatan berkedok agama sudah banyak contohnya, jadi jangan terlalu bodoh sehingga mau dibohongi pakek tipu muslihat yang menyalahgunakan agama.
Dan yang terpenting jika PDI P berjihad bersama PKS untuk mengusung Dedi Mulyadi dalam melawan Ridwan Kamil, maka siapapun nanti yang akan menang, itu merupakan kemenangan kita bersama pada umumnya, dan kemenangan saya pada khusunya, karena saya menyukai dan mendukung mereka berdua.
Sumber
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Write komentar