Sabtu, 21 Oktober 2017

Tiga Tahun Kombinasi Jokowi Sebagai Politisi Dan Negarawan

Tiga Tahun Kombinasi Jokowi Sebagai Politisi Dan Negarawan

Berita Dunia Jitu - Sungguh menarik pembahasan kilas balik perjalanan Jokowi sebagai Presiden Indonesia, di Metro TV tadi malam. Diantaranya dibahas, sejak awal terpilihnya Jokowi yang dengan ketat bertarung di pilpres tahun 2014 melawan Prabowo Subianto.

Ancaman perpecahan sebagai efek dari perseteruan pilpres itu, apa lagi penghitungan suara yang dibumbui saling klaim keunggulan antara dua kubu, menjadikan semua pemerhati dan masyarakat luas dipaksa tertuju kepada Presiden terpilih yang baru, dan memicu perseteruan beralih ke meja peradilan di MK.

Dengan sangat mengejutkan, kekhawatiran orang banyak secara brilian dijawab dengan cara yang sungguh menyejukkan. Kunjungannya kepada Prabowo, tiga hari menjelang pelantikannya sebagai Presiden, yang mengubah situasi kegentingan menjadi cair, adalah langkah awal Jokowi menarik simpati secara nasional.

Seorang Jokowi yang mengaku berasal dari rakyat biasa, dan faktanya memang dia seperti itu serta didukung oleh gaya kepemimpinannya yang sangat low profile, menyejajarkan rakyat sama tinggi dengan dirinya, dampaknya, para pengritik sekalipun menjadi menaruh hormat. Terlihat dari sikapnya menghadapi setiap kritikan, tidak menjawab secara frontal, melainkan melalui langkah yang berbeda, yakni dengan bekerja dan menunjukkan dirinya yang otentik tidak dibumbui kepura-puraan.

Kombinasi peran Jokowi sebagai politisi, dengan posisi dirinya sebagai Negarawan, digambarkan oleh buya Samsul Maarif, yang hadir pada pembahasan itu, Jokowi adalah sosok tanpa polesan apapun dan tampak apa adanya. Menjawab kritikan dengan bekerja nyata, sehingga proses belajar pada awal pemerintahannya, dijalankan dengan cepat dan kini dukungan kepada dirinya semakin luas.

Kegigihan Jokowi untuk mengejar ketertinggalan pembangunan infrastruktur, dinilai buya Maarif sebagai cara Jokowi menunjukkan dirinya bersama JK hanya dalam tiga kata : ‘Mereka bekerja serius’. Ingat Jokowi baru tiga tahun bekerja, dan gangguan datang dari semua arah, tetapi menyikapinya tidak dengan emosi tinggi, itu yang penting.

Meskipun banyak hal yang harus dikerjar, sisi penegakan hukum, pemberantasan korupsi yang masih harus menempuh perjalanan terjal, peningkatan kesejahteraan rakyat. Tetapi dengan dukungan dan tingkat kepercayaan masyarakat yang semakin tinggi, semua tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, kita optimis dapat dicapai.

Lebih jauh buya Maarif menghargai sikap Jokowi yang bersikap tanpa topeng, gaya alamiah dan apa adanya, tetapi dua tahun ke depan Jokowi harus berhati-hati, karena lawan politik sedang mengincar kekuasaan juga. Harapannya, jajaran kabinet Jokowi terus saja berkonsentrasi bekerja mendukung program Presiden, seperti ditunjukkan oleh menteri PUPR yang tampak paling menunjang kinerja Jokowi.


Jokowi terlihat sangat detail dalam melakukan penilaian dan pengendalian proyek-proyek pemerintah, dan yang penting Jokowi tidak suka menjadi pemeran utama. Peranan dibagi rata ke semua kalangan dan jajaran. Boleh jadi, di sinilah kunci keberhasilan program-programnya. Pencapaian luar biasa, jika dibandingkan dengan capaian pemerintah sebelumnya.

Penggelaran pembangunan jalan Trans Papua contohnya, merupakan pencapaian yang tidak diprediksi bahkan mungkin oleh warga Papua sendiri. Berbalik arahnya para pemimpin separatis Papua, menjadi memberi dukungan kepada pemerintah, salah satu bukti berhasilnya pembangunan di sana, minimal dilihat dari sisi harapan yang diberikan kepada warga di sana.

Nara sumber lainnya, Yeni Wahid mengatakan Jokowi sebagai orang biasa yang bersahaja dan tidak memiliki latar belakang darah biru secara politis, sehingga memudahkan bergerak secara praktis dan dekat dengan rakyat. Yang dikhawatirkan adalah sikap Presiden yang terlihat kurang galak kepada para menterinya.

Para menteri perlu melakukan koordinasi lebih rinci dan mulus, sehingga tidak tampak berseberangan satu sama lain. Dalam kasus pembangunan kelistrikan misalnya, Menteri Keuangan berbeda pendapat secara terbuka dengan Menteri BUMN, perlu dihindari di masa yang akan datang. Peran Presiden perlu lebih intens dalam masalah koordinasi kabinet.

Meskipun tidak semua program sudah berjalan dengan sangat baik, kita tetap berharap dalam waktu yang tersisa, janji yang dikumandangkan Jokowi-JK, dapat diwujudkan di masa pengabdian yang pertama ini.

Lebih jauh, masyarakat sangat berharap banyak dari gaya Presiden mengelola pembangunan. Keyakinan akan berjalannya program-program pro rakyat, yang dibuktikan dengan tingkat kepercayaan yang tergambar dari hasil survey, semakin mendekati kenyataan. Jika tidak sepenuhnya tuntas dalam satu periode, tentu harus diperjuangkan di masa pengabdian berikutnya agar prosentase pencapaian program nawa cita, sesuai harapan semua kalangan.

Sumber

Tidak ada komentar:
Write komentar