Rabu, 06 September 2017

Oposan Kebablasan Tanpa Kewarasan

Oposan Kebablasan Tanpa Kewarasan

Berita Dunia Jitu - Di dunia ini tidak ada satupun pemerintahan suatu negara yang benar-benar mempunyai kekuasaan absolut atau mutlak, karena itulah pihak-pihak yang berada diluar pemerintahan kerap kali disebut dengan istilah oposisi.

Hakikat dari oposisi adalah sebagai penyeimbang suatu pemerintahan agar jalannya suatu pemerintahan tidak melenceng dari tujuan utama dibentuknya suatu pemerintahan. Akan tetapi, kerap kali oposisi hanya bertindak dan berwaca karena didasarkan pada kedengkian dan kekecewaan semata, karena tidak bisa berkuasa atau kalah dalam suatu pemilihan umum.

Fungsi penyeimbang yang pada hakikatnya dimiliki oleh oposisi semakin lama semakin luntur menjadi seakan oposisi hanya ingin membalaskan dendam dengan cara merecoki dan menganggu jalannya pemerintahan dengan cara-cara yang kotor.

Pada awal bulan agustus lalu kita dikejutkan dengan berita terbongkarnya group penyebar hoax dan ujaran kebencian Saracen oleh Polri. Group Saracen tersebut disinyalir bergerak berdasarkan pesanan pihak-pihak yang memang mengagendakan agar tercipta suasana keos di Indonesia dengan menggunakan sentimen sara, tujuan utamanya adalah peralihan kekuasaan dengan modus people power.

Ini merupakan pola propaganda lama yang diperbaharui medianya dengan menggunakan media sosial. Kita sudah tahu bagaimana dahsyatnya kekuatan media sosial, contoh paling nyata yang belum lama terjadi adalah penggiringan opini melalui media sosial dengan menggunakan sentimen sara pada pilkada DKI 2017. Terlihat jelas bahwa masalah agama dibawa kedalam masalah politik, hingga akhirnya sempat terjadi penolakan untuk mensholatkan jenazah seseorang yang berbeda pandangan politiknya.

Mereka yang dulu menolak untuk mensholatkan jenazah saudara seimannya itu juga yang akhir-akhir ini berteriak nyaring agar Presiden Jokowi mengusir Dubes Myanmar karena mereka menilai bahwa Myanmar telah melakukan genosida.

Inilah salah satu kepiawaian para oposan yang tidak punya kewarasan, mereka pintar sekali memutar balikan fakta, mereka sebenarnya tahu jika di Myanmar sedang terjadi tragedi kemanusiaan dengan sebab geopolitik melalui kekerasan terhadap etnis rohingya, tetapi mereka malah menggoreng isu rohingya tersebut untuk menyerang Presiden Jokowi dengan propaganda seakan Presiden Jokowi tidak berpihak kepada umat Islam, seperti yang dilakukan oleh seorang pimpinan parlemen melalui akun twitter pribadinya beberapa waktu yang lalu.

Ada juga mantan menteri yang patut diduga dengan sengaja menyebar gambar hoax tentang rohingya melalui akun twitter pribadinya, walaupun akhirnya postingan tersebut dia hapus, mungkin karena dia malu karena kedoknya selama ini terungkap bahwa dia adalah pelahap dan penyebar hoax. Sebagai warga negara Indonesia, saya sungguh malu pernah mempunyai menteri seperti itu, jika waktu bisa diulang kembali pasti akan saya gagalkan dia ketika akan dilantik menjadi menteri waktu itu. Sekelas orang yang pernah menduduki posisi sebagai menteripun bisa dengan mudahnya menyebarkan hoax, maka patut dipertanyakan kredibilitas dan kondisi kejiwaannya.

Segala sesuatu yang ada hubungannya dengan masalah agama pasti akan langsung dibelokan dan dipellintir oleh para oposan untuk menyerang pribadi Presiden Jokowi, karena memang semenjak pilpres 2014 isu itulah yang mereka gunakan sebagai senjata pamungkas untuk mendapatkan kekuasaan. Tapi Tuhan masih sayang pada Indonesia, maka dikalahkanlah capres yang mempunyai agenda buruk terhadap Indonesia.

Kelompok saracen, isu rohingya, isu PKI, isu kriminalisasi ulama, isu penistaan agama, dan isu sara lainnya hanyalah sebagian kecil isu yang memang sengaja digoreng oleh para oposan untuk menjatuhkan Presiden Jokowi secara paksa alias inkonstitusional, semua itu berawal dari dendam dan dengki mereka karena kalah dalam pertarungan akbar pemilihan presiden.


Sampai dengan saat ini baru sebatas operator lapangan dari kelompok saracen yang berhasil ditangkap oleh Polri, akan tetapi saya secara pribadi menaruh harapan besar kepada Polri melalui Jenderal Pol. Tito Karnavian untuk bisa membongkar secara tuntas tentang kelompok saracen ini, membongkar siapa saja pemesannya, siapa saja pengendalinya dan siapa saja orang-orang yang tangan kotornya bermain-main dengan isu sara di Indonesia ini, karena Indonesia terlalu berharga jika harus dipermainkan dengan isu sara oleh orang-orang yang hanya haus dengan kekuasaan.

Titik kewarasan para oposan sudah sangat mengkhawatirkan dan sudah berada di titik nadir, bukan hanya menyangkut pada kesehatan mental pribadi mereka saja, akan tetapi hal tersebut akan secara tidak langsung berpengaruh pada kondisi mental bangsa karena sebagian dari mereka memegang mandat rakyat melalui parlemen. Mereka selalu berkilah bahwa semua kritik bodoh yang mereka lontarkan selama ini bukanlah merupakan suatu hasutan, tetapi merupakan suatu bentuk pengawasan yang memang diamanahkan oleh undang-undang, tetapi mereka lupa jika kritik haruslah bersifat membangun dan didasari kewarasan yang tinggi, bukan malah mengkritik tetapi hanya sebatas omong kosong guna melakukan provokasi.

Mulai dari sekarang, kita sebagai warga negara Indonesia yang baik harus semakin bijak memilah milah mana itu kritik dan mana itu provokasi, mana itu info yang valid dan mana itu yang hoax, karena hal-hal tersebut ketika sudah berada ditangan mereka akan menjadi suatu hal yang bias antara satu dengan yang lainnya, dan itu sungguh bahaya karena pertaruhannya adalah persatuan dan kesatuan bangsa.

Indonesia tidak kekurangan orang pintar, Indonesia hanya kekurangan orang-orang yang jujur. Silahkan menjadi oposan jika memang tidak sevisi dan semisi dengan pihak yang sedang berkuasa, tapi tolong jangan pernah gunakan isu sara untuk membuat suatu kericuhan di Indonesia, karena hanya pecundang yang mau menggunakan isu sara hanya demi untuk sebuah kekuasaan. Gunakanlah akal sehat ketika ingin mengkritik suatu kebijakan, jangan hanya bermodal mulut lebar dan rasa dendam saja, karena hal tersebut hanya akan semakin merusak mental dan kewarasan kalian yang sudah berada pada titik nadir. Mungkin akan lebih bermanfaat untuk orang banyak ketika kalian menjadi pelawak karena bisa membuat kami tertawa lepas, karena tingkah laku dan perkataan kalian selama ini tak lebih hanya sebatas lucu-lucuan politik belaka yang tidak ada gunanya.

Sumber

Tidak ada komentar:
Write komentar