Berita Dunia Jitu - Prilaku DPR kembali menjadi sorotan publik. Setelah pembentukan pansus Hak Angket KPK yang menuai kontroversi karena dianggap akan melemahkan fungsi KPK, juga rencana pembangunan gedung baru DPR serta apartemen untuk anggota dewan. Jika rencana pembangunan apartemen anggota dewan telah dibatalkan oleh Ketua DPR Setya Novanto karena dianggap belum urgen, karena masih bisa menggunakan rumah dinas yang ada di Kalibata. Tetapi rencana pembangunan gedung baru baru DPR tetap dilanjutkan.
Belum selesai kontroversi tersebut, DPR kembali membuat kontroversi baru karena Badan Urusan Rumah Tangga (BURT) akan melakukan kunjungan kerja (kunker) ke Berlin, Jerman pada tanggal 25 September 2017 sampai 2 Oktober 2017 nanti. Ada pun rencana kunjungan tersebut untuk mempelajari kawasan parlemen di Jerman. Dengan harapan dari kunjungan tersebut DPR dapat mempelajari tata kawasan parlemen di sana untuk dapat diterapkan di Indonesia.
Tentu kunjung kerja DPR ini mendapat cibiran publik. Karena rencana kunjungan ini hanya sebagai kedok DPR agar dapat pelesir di Jerman. Bahkan Lucius Karus dari Peneliti Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi) menilai tidak ada transparansi dari DPR mengenai kunjungan kerja ini.
“Ketika Ketua BURT ditanya soal agenda kunker, tak ada jawaban tegas soal misi di balik kunker ke Jerman tersebut.
Bahkan Lucius mengkritik DPR bahwa kunker tersebut hanya sebagai kedok belaka.
“Kritikan publik juga seolah-olah tak bernilai ketika kegiatan yang dianggap sekedar kedok untuk pelesiran itu masih terus diulang-ulang,” katanya.
Dibalik kontroversi tersebut, kinerja DPR masih dianggap tidak memadai. Karena dari target 50 rancangan undang-undang program legislasi nasional tahun 2017, DPR hanya dapat menyelesaikan empat diantaranya. Tentu ini sangat memprihatinkan. Ketika melakukan kunjungan kerja ke luar negeri, DPR terkesan mengebu-gebu, tetapi ketika membahas rancangan undang-undang, anggota DPR yang hadir hanya separuh saja. Kalau sudah begini apa yang kita harapkan dari DPR RI?
Bahkan kenaikan anggaran kunjungan DPR tahun depan akan naik sekitar 70% dari tahun ini. Jika pada tahun 2017 anggaran kunjungan kerja DPR ke luar negeri mencapai Rp201,7 miliar, maka pada tahun 2018 nanti kunjungan kerja DPR ke luar negeri mencapai Rp343,5 miliar. Luar biasa bukan?
Kita anggap saja BURT benar-benar mempelajari penataan kawasan parlemen di Jerman, Apakah yang dipelajari BURT tersebut akan bisa diterapkan di Indonesia? Karena pembangunan gedung baru DPR masih terjadi kontroversi di masyarakat. Kalau gedung baru DPR benar-benar dibangun, apakah penataan kawasan parlemen di Jerman bisa diterapkan di Indonesia? Itu pun masih tanda tanya besar, bagaimana kalau gedung baru DPR tidak jadi dibangun? Bukankah kunjungan kerja tersebut akan sia-sia belaka?
Fahri Hamzah selalu membandingkan kunjung kerja DPR dengan pemerintah. Katanya kunjungan kerja pemerintah mencapai triliunan rupiah kenapa tidak dipersoalkan? Karena kunjungan kerja yang dilakukan oleh pemerintah jelas-jelas ada hasilnya. Tiap kali Presiden Jokowi melakukan kunjung kerja ke luar negeri selalu mempunyai agenda yang jelas. Seperti KTT G20, Selalu terlihat jelas dan transparan. Karena pemerintah benar-benar melakukan kunjungan kerja. Bukan pelesiran dibalut dengan kata kunjungan kerja.
Jadi ketika Fahri Hamzah mengatakan bahwa DPR benar-benar melakukan kunjungan kerja, jadi jangan dipersoalkan, publik pun tidak akan mempercayainya. Karena selama ini, tidak terlihat implementasi dari kunjungan kerja DPR ke luar negeri. Yang ada malah cemoohan yang ditujukan publik kepada DPR. Bahkan Lucius pun merasa aneh karena DPR lebih populer karena hal-hal negatif.
“Aneh, DPR justru populer karena rentetan keanehan, termasuk kinerja yang tidak memuaskan. Dan rencana kunker ke Jerman yang dilakukan BURT sepertinya belum akan menjadi puncak dari semua keanehan itu,” kata Lucius dalam pesan singkatnya, Kamis (31/8).
Kalau sudah begini, apakah kalian yakin bahwa DPR benar-benar melakukan kunjungan kerja dan bukan pelesir?
Sumber
Tidak ada komentar:
Write komentar