Jumat, 15 September 2017
Akhirnya Sejarah Rohingya Terungkap, Borobudur Tetap Cemerlang
Berita Dunia Jitu - Bersyukur akhirnya bisa menemukan satu penjelasan yang cukup valid dan dapat dibagikan kepada masyarakat luas, satu tulisan dari Dubes RI untuk Myanmar, Bapak Ito Sumardi, pandangan beliau mengenai apa yang sesungguhnya sedang terjadi dengan negara Myanmar. Apakah krisis ini benar merupakan perseteruan antar agama yang berbeda? Ternyata bukan! Ini lebih kepada krisis pertahanan, politik, geografi, keamanan, ekonomi dan sosial dalam negeri Myanmar. Ini sudah berlangsung lama, bukan sekonyong-konyong muncul satu bulan belakangan ini saja. Ini kompleks, berbeda dari apa yang digembar-gemborkan pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab, sebagai permasalahan agama. Bahkan ada beberapa pihak yang sengaja ‘mengail di air keruh’. Berita bohong dan gambar provokatif menjamur di mana-mana. Sumber berita bohongnya tidak hanya masyarakat yang minim pengetahuan, namun, tokoh-tokoh yang cukup dikenal pun ikut menyebarkan berita dan gambar-gambar provokatif, yang tidak sesuai dengan kenyataan.
Pihak ini mencoba mengkondisikan krisis etnis Rohingya ke dalam politik dan sosial dalam negeri sendiri. Entah bagaimana bisa, mereka berpikir, krisis yang terjadi di Myanmar adalah merupakan tanggung jawab pemerintah Indonesia. Sehingga bila tidak bisa diatasi, maka akan dibalas dengan berdemo dan membuat kerusuhan di dalam negeri. Candi Borobudur pun hampir menjadi saksi, atas ketimpangan jalan pikiran mereka. Untung saja kepolisian segera mengantisipasi.
Sesungguhnya sudah banyak suara yang menyampaikan bahwa konflik yang terjadi di Myanmar, tidaklah sesederhana yang ada di mata dan hati yang emosi. Ini tidak bisa serta merta kita masukkan ke dalam kotak permasalah yang menurut versi kita sendiri. Melakukan tindakan-tindakan tanpa mengetahui fakta sesungguhnya, cenderung akan semakin memperkeruh suasana, alih-alih memberikan pembelaan.
Problema suatu negara akan sangat berbeda antara satu dengan negara lainnya. Ibarat pepatah, lain ladang lain ilalangnya.
Betul, kita tidak setuju dengan terjadinya pembunuhan. Untuk itu kita harus dukung pemerintah yang sedang mengupayakan beberapa solusi untuk mencegah hal itu berulang. Solusi ditawarkan kepada pemerintah Myanmar, baik yang jangka panjang maupun jangka pendek.
Yang paling dekat, bantuan kemanusiaan terus dijalankan oleh pemerintah Indonesia. Bantuan ini menjadi sangat penting, karena salah satu problema yang menjadi pemicu krisis etnis ini adalah kemiskinan.
Kedepannya, Indonesia, melalui Menteri Luar Negeri, berusaha memberikan opsi, saran dan solusi untuk menjadi pertimbangan pemerintah Myanmar. Namun, dibalik itu kita harus ingat, ibarat kehidupan bertetangga, kita hanya punya hak untuk memberikan opsi, saran dan solusi, tanpa bisa kita memaksakan kehendak.
Negara Myanmar bukan negara Indonesia. Myanmar memiliki kedaulatan sendiri untuk menentukan apa yang terbaik buat negerinya. Kita sebagai negara tetangga, cukup selalu memberikan kepastian kepada mereka, bahwa disaat mereka butuhkan, kita siap membantu. Membantu, bukan justru menjadi benalu, yang malah memberikan persoalan baru, dengan tindakan-tindakan yang tanpa dasar.
Ibarat kehidupan bertetangga, maka Myanmar dan Indonesia adalah dua keluarga yang berbeda. Apakah layak bila tetangga kita sedang ribut di dalam rumah tangganya, permasalahan terjadi didalam keluarganya, lalu kita sekonyong-konyong masuk ke dalam rumahnya dan mengancam akan membunuh salah satu dari orang yang bertikai. Kita lalu dengan angkuhnya mengatakan,
“Saya adalah yang paling memahami apa yang terjadi di dalam keluarga Anda! Jika Anda tidak bisa berhenti dari berbuat keributan dan saling mencelakai, maka saya akan menghancurkan prabotan rumah saya sendiri, mungkin kendaraan saya, atau mungkin kamar anak saya. Lalu saya akan memaki kepala keluarga saya sendiri, yang mungkin itu adalah saya sendiri, dan berharap dia berhenti menjadi kepada keluarga karena tidak mampu menengahi permasalah tetangga.
Lucu sekali!. Itulah yang terjadi dengan beberapa pihak yang ada di dalam negeri kita sendiri. Negara lain yang sedang bermasalah, dia malah mengancam berdemo di candi Borobudur. Bahkan mengancam akan memberi dampak negatif kepada penganut agama tertentu.
Sekali lagi saya berterima kasih atas tulisan Bapak Ito Sumardi. Kita merindukan tokoh-tokoh Indonesia yang bisa memberikan informasi yang benar dan menenangkan untuk kehidupan berbangsa dan bernegara.
Bukan tokoh yang dengan sombong berani menzolimi orang lain, bertindak seolah membela kitab suci, lalu melarikan diri seperti banci yang di kejar Trantip. Eh, malu dong sama banci, banci saja masih pulang, walaupun pulang pagi. Ini tokoh, malah tak pulang-pulang. Kalah sama banci.
Bukan juga tokoh yang merasa pemilik surga, bersalaman dengan wanita saja dia takut dosa, namun menyebar berita dan gambar bohong malah menjadi hobinya.
Bukan pula tokoh yang dengan angkuh menyematkan gelar ustaz di depan namanya, lalu dengan pongah menampilkan foto pengobatan tradisional India, sebagai foto bohong yang meresahkan, seolah-olah kejadian di Rohingya. Begitu kedoknya dibuka, malah tanpa malu, tanpa etika mengkonfirmasi, menghapus postingannya.
Sekali lagi, Bapak Ito Sumardi, terima kasih atas informasi.
Sumber
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Write komentar