Rabu, 23 Agustus 2017

Ridwan Kamil Resmikan Bandung Chinatown


Berita Dunia Jitu - Chinatown atau pecinan adalah sebuah kawasan yang bisa disebut juga dengan kampung Cina. Chinatown juga merupakan kawasan yang dapat menarik turis dan wisatawan untuk berkunjung. Di beberapa negara, Chinatown sering jadi andalan untuk pariwisata. Jika Anda pernah ke Bangkok, Sydney, Kuala Lumpur, San Francisco dan lainnya, maka Anda akan tahu betapa ramainya tempat tersebut.

Istilah Chinatown sepertinya sudah menjadi merek tersendiri yang sudah terkenal. Nah, kota Bandung juga tak mau kalah dalam hal ini. Minggu kemarin, walikota Bandung Ridwan Kamil meresmikan Chinatown Bandung yang terletak di Jalan Kelenteng. Chinatown Bandung ini adalah sebuah konsep kawasan wisata dengan tema budaya Tionghoa.

Yang membedakan Chinatown dengan daerah lain di Indonesia adalah, kawasan ini disulap menjadi sangat cantik, penuh dengan bangunan khas bergaya China. Pokoknya terasa seperti berkunjung ke China. Bukan hanya bangunannya yang khas, tapi juga konsepnya. Salah satunya adalah makanan dan suvenir khas China juga dijual di sana. Selain itu banyak lampion dan hiasan lain yang khas Chinatown.

Di kawasan Chinatown ini terdapat 77 toko yang merupakan Usaha kecil Menengah (UKM) Kota Bandung. Spotnya keren dan indah. Pada malam hari lampu dan lampion membuat pemandangan di sana menjadi lebih cantik lagi. Bagi yang suka foto-foto, dipastikan akan puas karena banyak spot yang instagrammable (cocok untuk upload di Instagram). Dan semua makanan yang disajikan di sana adalah no pork alias halal, jadi semua orang bisa berkunjung dan makan di sana.

“Kota Bandung adalah destinasi pariwisata untuk kota nomor satu di Indonesia. Untuk mempertahankan perlu memperbanyak destinasi baru. (destinasi) seperti ini wujud semangat pemkot Bandung dalam keberagaman inovatif dan kreatif,” kata Ridwal Kamil seperti diberitakan Republika. Ngomong-ngomong tentang Bandung, sudah lama saya tak berkunjung ke sana, meski saya punya orang tua angkat yang tinggal di sana. Chinatown ini akan jadi target kunjungan saya kalau sudah menginjakkan kaki di sana.

Chinatown Bandung ini adalah salah satu peninggalan dari Ridwan Kamil sebelum bertarung di Pilgub Jabar 2018 (meski masih belum jelas pencalonannya). Apa yang dilakukannya ini adalah bukti beliau menghargai dan mengayomi keberagaman. Jadi bagi yang menikmati, silakan menikmati. Bagi yang mau nyinyir, lebih baik tak usah komentar.

Saya cuma tergelitik oleh rasa ingin tahu apakah ada pasukan sumbu pendek yang koar-koar dan protes dengan kehadiran Chinatown ini. Maklum, belakangan ini sentimen anti Cina atau Tiongkok lumayan terasa. Salah satunya adalah isu patung dewa perang yang ada di kelenteng Tuban. Hanya karena dibilang patung jenderal perang Cina, beberapa orang langsung sensitif dan protes dengan alasan yang bodoh. Bodoh karena menelan mentah-mentah informasi tanpa cari tahu kebenarannya.

Yang paling lucu adalah patung Kartini yang ada di Monas. Di bawah patung tersebut terdapat aksara Jepang, tapi dikira tulisan Cina oleh seseorang. Akibatnya, banyak orang yang ikut-ikutan percaya kalau itu adalah tulisan Cina dan kemudian protes serta mengecam. Beginilah akibatnya kalau sudah akut sentimen seperti ini. Segala yang berbau Cina sepertinya sangat sensitif bagi kaum sumbu pendek.


Nah, bagaimana dengan Chinatown? Mau ikutan gila dengan protes? Mau bilang Cina sudah mendikte Indonesia dan mulai menjajah? Kalau mau bodoh, diam-diam saja, jangan beritahu orang lain. Yang ada hanya bikin malu diri sendiri. Senang tidak senang China sudah sangat maju dan diprediksi akan menyalip Amerika sebagai negara dengan ekonomi terbesar. Lihat saja hampir semua produk berlabel ‘Made In China’.

Saya yakin kaum sumbu pendek yang koar-koar tentang segala hal yang berbau Cina pasti menggunakan satu atau beberapa produk buatan Cina. Jadi tak perlulah munafik apalagi melontarkan sentimen yang konyol. Mereka yang nyinyir tetap akan nyinyir, padahal Chinatown ini dapat menarik wisatawan, tak ada hubungannya dengan apa pun.

Lagian orang Tionghoa sudah ada dari dulu, bukan baru masuk ke Indonesia kemarin sore. Jadi orang Tionghoa juga merupakan bagian dari Indonesia, dan budayanya merupakan kekayaan yang harus dibangkitkan potensinya seperti di negara lain. Hanya mereka yang nyinyir yang sulit menerima perbedaan.

Kadang aneh melihat sikap mereka. Serbuan K-Pop tidak dipermasalahkan. Tulisan bahasa Inggris dimaklumi. Tapi sedikit tulisan Cina dan embel-embel yang berhuhungan dengan Cina selalu dibikin kontroversial. Sentimennya luar biasa, entah apa yang ada di pikiran mereka. Kalau bukan sumbu pendek, lantas istilah apa yang lebih cocok untuk mereka?

Sumber

Tidak ada komentar:
Write komentar