Sabtu, 01 Juli 2017

Teror Pada Kepolisian Republik Indonesia

Teror Pada Kepolisian Republik Indonesia

Berita Dunia jitu - Belum lagi lepas dari ingatan perihal penyerangan di Mapolda Sumut yang menewaskan Aiptu Martua Sigalingging dan melukai Brigadir E Ginting. Sebuah granat yang diduga aktif ditemukan di depan pos Polsubsektor Pecenongan, Jakarta Pusat. Granat ini ditemukan Pada Rabu (14/6) pagi.

Tanggal 30 Juni 2017 kemarin, kembali 2 anggota Brimob yang ditusuk di Masjid Falatehan dekat Mabes Polri, Jakarta Selatan. “Dua korban yaitu AKP Dede Suhatmi dan Briptu Syaiful B,” kata Kadiv Humas Polri Irjen Setyo Wasisto saat dikonfirmasi detikcom, Jumat (30/6/2017).

AKP Dede Suhatmi dan Briptu Syaiful B ditusuk usai kedua personel Brimob usai salat Isya. “Satu anggota terluka di bagian pipi dan satu lagi luka di bagian leher,” kata Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Rikwanto kepada detikcom, Jumat (30/6/2017).

Sebelum melakukan aksinya , pelaku terdengar meneriakkan Thaghut. Apa itu thaghut? Thoghut atau Thaghut adalah istilah dalam agama Islam yang merujuk kepada setiap yang disembah selain Allah yang rela dengan peribadatan yang dilakukan oleh penyembah atau pengikutnya, atau rela dengan ketaatan orang yang menaatinya dalam melawan perintah Allah.

Bagaimana mungkin pelaku dapat meneriakkan thaghut sedangkan orang yang diserangnya adalah juga muslim yang baru selesai salat Isya ?. Apakah karena baju yang mereka gunakan sebagai seorang Polisi yang membuat pelaku buta sehingga menganggap Polisi tersebut juga kafir dan wajib dihabisi ?

Sungguh aneh cara konsep berpikir yang dimiliki para teroris ini. Mereka sekarang bukan hanya menyasar orang-orang yang dianggap kafir seperti halnya penusukkan yang terjadi di Mapolda Sumut dikarenakan Polisinya kafir.

Jadi sekarang semakin diketahui bahwa sasaran teroris kali ini adalah para aparat keamanan. Aparat keamanan hendak diuji ketangguhannya. Konsep teroris adalah apabila aparat keamanan saja bisa dibuat tidak berdaya maka sudah otomatis terorisme akan dengan mudah untuk menindas dan menekan rakyat Indonesia.

Bisa dilihat pemetaan yang dilakukan teroris di Medan. “Selain Polda, mereka juga melakukan survei di tempat lain seperti Markas komando Satuan Brimob Polda Sumut, Kodam Bukit Barisan, Polsek Tanjung Morawa dan Markas Batalyon Kavaleri Tempur,” ujar Rikwanto di Jakarta, Jumat (30/6/2017).


Apa yang menjadi alasan mengapa saya katakan bahwa sasaran teror kali ini adalah aparat keamanan khususnya Kepolisian ? Telah banyak kasus penusukan terhadap Polisi antara lain penusukan 3 orang polisi di Tangerang, penusukan polisi di Mapolda Sumut, penusukan Polisi Brimob dan belum lagi kasus pelemparan bom terhadap pos-pos Polisi.

Jelas ini menjadi tantangan yang sangat serius bagi Kepolisian Republik Indonesia. Sekali lagi Kapolri Tito di uji ketangguhannya dalam memberantas teroris di Indonesia.
Diperlukan sikap tegas dari Kepolisian dalam memberantas terorisme di Indonesia.

Seperti diketahui bersama bahwa Indonesia merupakan ladang empuk untuk perkembangan teroris. Hal ini dikarenakan banyaknya jalur-jalur penyebarangan yang bisa dengan leluasa orang masuk.

Jadi sekarang bukan merujuk kepada apakah orang itu kafir atau tidak, tetapi yang terjadi adalah apakah dia aparat keamanan atau tidak? Dia Polisi atau tidak ? Jadi kenapa Polisi yang lebih banyak disasar saat ini ? Hal ini lebih dikarenakan Kepolisian dalam memberantas teroris di Indonesia masih terbelengu dengan hukum Komnas Ham.

HAM inilah yang digunakan oleh para teroris untuk berlindung apabila mereka tertangkap dan diadili. Dengan HAM ini mereka bisa memutarbalikkan fakta sehingga mereka tidak harus ditahan bahkan cenderung bisa dibebaskan.

Celah-celah keagamaan juga yang paling sering digunakan oleh teroris untuk melegalkan tindakan yang mereka lakukan. Teroris selalu menyebarkan faham bahwa yang mereka lakukan adalah kehendak Allah. Karena upahnya adalah surga.

Ehm….Kapolri Tito, sekali lagi kecerdasan anda diuji untuk memberangus teroris di Indonesia. Beberapa anak buah anda telah menjadi korban keganasan orang-orang yang memaksakan fahamnya.

Sumber

Tidak ada komentar:
Write komentar