Selasa, 31 Oktober 2017

Pak Anies Baswedan, Apakah Anak-Anak Jakarta Tidak Tanggung Jawab Anda?

Pak Anies Baswedan, Apakah Anak-Anak Jakarta Tidak Tanggung Jawab Anda?

Beirta Dunia Jitu - Belum berumur satu bulan sejak pergantian kepemimpinan dari Ahok-Djarot kepada Anies-Sandi di Ibukota Jakarta, sudah banyak bermunculan komplain terhadap gaya kepemimpinan pemimpin yang baru. Pidato pertama dari Anies yang menuai kontroversi hebat hingga saat ini. Menyelipkan sebuah kata “pribumi”. Menjadi sebuah pembicaraan yang hangat di masyarakat. Beberapa janji kampanye, salah satu yang sangat ditunggu, adalah janji membeli rumah dengan DP Rp 0, yang bagaikan menunggu ayam jantan bertelur.

Ini semua adalah beberapa polemik yang terjadi di perpolitikan di Ibukota Jakarta. Politik bisa berimbas jauh ke setiap segi kehidupan manusia. Apabila politik mendapatkan respek yang negatif dan berada dalam situasi kacau balau, maka bisa dipastikan kehidupan yang lain akan mengikuti. Demikian juga apabila kehidupan politik dalam kondisi positif, maka kehidupan yang lain juga akan demikian.

Sebuah kata dan kalimat yang berakibat fatal hingga saat ini telah berdampak dan kelihatan hasilnya. Apa yang telah dialami oleh seorang anak kelas 4 SD di sebuah SDN 16 Ciracas, Pasar Rebo-Jakarta Timur, yang bernama Josep Bastian Zebua (Bastian). Membuka mata dan hati nurani kita untuk mengutuk perbuatan yang dilakukan terhadap Bastian.

Bastian adalah seorang anak yang berangkat ke sekolah untuk belajar. Usia yang sangat merindukan penerimaan dari lingkungan secara penuh dan orang-orang di sekitarnya. Mendapatkan perlakukan yang tidak seharusnya. Sedih ... perih... rasa menahan air mata tidak lagi dapat ditekan.

Teriak ... berontak... mengapa ini bisa terjadi pada seorang anak Indonesia. Kemungkinan juga pelakunya adalah anak-anak Indonesia. Ada apa dengan anak-anak penerus bangsaku? Bangsa yang telah mendapatkan kemerdekaan melalui darah dan air mata.

Jika dilihat jauh kebelakang. Masa kampanye yang banyak digaungkan salah satunya adalah dengan mencerminkan baik buruknya seorang tokoh. Dalam hal ini kita lihat Ahok yang diserang habis-habisan. Yang digunakan adalah apa yang ada dibelakang Ahok. Bahkan sebuah kalimat yang sengaja dipelintir menjadi senjata ampuh untuk menjatuhkan elektabilitas seorang Petahana.

Padahal dari sisi kinerja dan juga sisi karakter sebuah kepemimpinan telah menghasilkan banyak dampak terhadap kemajuan Ibukota Jakarta. Bahkan kota Jakarta yang selama ini dilihat sebagai bahan candaan karena banjir dan juga macet parah, menjadi harum karena polesan kepemimpinan seorang Ahok.

Nah... dari ini banyak lawan politik yang tidak senang. Memunculkan banyak kalimat dan pernyataan yang menjadi buah bibir di masyarakat. Kebencian di tanam. Rasa menjelekkan sudah menjadi sebuah kebiasaan. Agama dibawa-bawa untuk politik. Kacaunya anak-anak yang tidak tahu menahu tentang politik, dipaksa untuk menerima apa yang terjadi di lingkungannya. Walapun 1000 bibit kebaikan diterima, bisa hancur akibat sebuah kebencian yang terus menerus didengarkan dan digaungkan ke telinga anak.


Media sosial dan media massa juga telah menembus ke lingkungan anak-anak. Mencari kesalahan media tidak bisa kita lakukan secara penuh. Media sangat diperlukan untuk membantu manusia dalam mengembangkan diri dan lingkungannya. Tetapi sering juga media digunakan sebagai alat untuk mencapai sebuah maksud tanpa mempertimbangkan resiko yang terjadi belakangan hari.

Anak-anak sebagai generasi penerus, saat ini sudah melek terhadap kemajuan zaman. Pendampingan dari orang tua dan juga guru di sekolah sangat diperlukan untuk mengerem apa saja yang dilihat dan disaksikan oleh anak. Peran orang dewasa juga sangat diperlukan untuk membantu menetralisasi pemikiran anak.

Tetapi sangat ditakutkan adalah si anak menjadi tameng untuk mendapatkan sebuah tujuan orang tertentu. Ini bisa kita saksikan pada saat masa kampanye dengan teriakan “bunuh”, yang menjadi bumbu pada saat kampanye Pilkada DKI.

Kita sangat merindukan apa yang terjadi pada diri Bastian tidak terjadi lagi pada anak-anak Indonesia lainnya. 1 anak sangat berharga untuk masa depan bangsa Indonesia.

Impian para pejuang bangsa untuk mengisi kemerdekaan dengan semangat positif dan jiwa NKRI harga mati tetap hidup dalam jiwa semangat kita masing-masing....

Sumber

Tidak ada komentar:
Write komentar