Jumat, 20 Oktober 2017

Anies Fokus Pilpres 2019 Jadi Penyebab Kinerjanya Lemah

Anies Fokus Pilpres 2019 Jadi Penyebab Kinerjanya Lemah

Berita Dunia Jitu - Kinerja Anies dipastikan akan lemah. Ini terkait dengan pengawasan dan kewaspadaan Prabowo akan sepak terjangnya. Bagi Anies, ini dapat dipastikan akan memakan buah simalakama. Sinyalemen majunya Anies ke pilpres 2019 sebagaimana kalangan Islam radikal jauh hari rancang, tentunya bakal mendapatkan perlawanan dari Prabowo. Ambisi kedua orang yang tidak ketulungan ini memecah-belah aliansi Islam radikal dengan partai politik kubu Prabowo. Kondisi ini lebih seru lagi menjepit Prabowo dan Anies dengan bermainnya SBY dengan kartu Agus.

Anies Ancaman bagi Prabowo

Belum genap seminggu menjabat gubernur, Anies secara sengaja melemparkan kontroversi. Lontaran pernyataan yang melanggar UU itu memang taktis. Namun, di tengah kehancuran dan bangkrutnya strategi kampanye ala Saracen, Obor Rakyat, serta Jonru oleh kalangan Islam radikal, Anies justru membebani dan membahayakan pencalonan Prabowo.

Ancaman itu ada dua. Pertama, Anies berambisi maju nyapres – dengan Agus Demokrat sebagai tandem. Kedua, Prabowo gagal nyapres karena partai agama PKS, PAN, dan Demokrat meninggalkan Prabowo. Ancaman ini sangat nyata dan Prabowo pasti terancam. Lagi-lagi gagal. Prabowo terhadap Anies adalah ibarat dia sedang memelihara anak macan. Gede dikit nyaplok tuannya!

Publik banyak yang tak paham. Pidato Anies adalah serangan dan strategi hebat kalangan Islam radikal, dan Bumi datar untuk mencapai tujuan mereka. Pisau isu pribumi sengaja ditiupkan untuk menjadi senjata mematikan untuk menyerang Jokowi.

Di sisi lain, awalnya Prabowo menganggap kehadiran Anies akan menolongnya menjadi presiden. Jargon manis mentereng “Anies menang, Prabowo Presiden” dipastikan hanya akan membuat kecut Prabowo – dan tawa terbahak Anies.

Sesungguhnya pidato Anies adalah untuk konsumsi para konstituen Islam garis keras pendukungnya, bukan untuk Prabowo. Dia telah mengambil jalannya sendiri. Dia pun percaya bahwa jalan Prabowo adalah jalan kegagalan. Dua kali maju nyapres, dua kali pula gagal. Maka di benaknya, untuk ketiga kalinya maju pun bukan jaminan untuk menang.

Menyusup ke Kalangan Partai Politik

Sebagai lulusan doktor ilmu politik di negeri antah-berantah penyembah kapitalisme Paman Sam, dia sangat memahami teori politik. Dia juga memiliki strategi dan ambisi. Kisah dia promosi diri di berbagai tempat, hingga dekat dengan partai agama PKS, PAN, Gerindra, dan Demokrat sungguh merupakan tontonan kelicikan berpolitik. Dan, dalam politik itu sah-sah saja. Memang dunia politik adalah wajah bengis seni kejahatan para politikus menipu publik atas nama tuhan, orang miskin, agama, dan kepentingan kelompok.

Pada 2014 dia ikut konvensi bohong-bohongan Demokrat. Keok oleh Dahlan Iskan yang dibohongi dan tidak didukung oleh SBY. Kalah di konvensi, instink politik licik dan picik manusia keturunan Yaman ini membuatnya merapat ke kubu Jokowi. Sebagian Timses Jokowi pada saat itu tidak merasa nyaman dengan kehadiran kaki tangan SBY.

Namun, karena sifat Bumi bulat yang selalu positif justru memberikan dia tempat terhormat – yang akhirnya mengetahui sebagian kecil isi jeroan Jokowi. Meskipun faktanya, Jokowi selalu memiliki kartu truf yang hanya dia dan tim kecil sekali yang memegang dalam kebijakan strategis.

Ada perasaan sangsi dan curiga di Timses, bahwa dia secara terselubung mencintai Islam radikal seperti FPI, FUI,GNPF, HTI dengan pembuktian mereka bersama dalam satu gerbong Saracen mendukungnya. Kini, setelah Pilkada DKI Jakarta usai, sosok Anies tampak telanjang di mata para orang waras: rasis dan intoleran.


Militansi HMI dan Awal Kesadaran Prabowo

Berada dalam satu gerbong yang sama di HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) dengan Jusuf Kalla, Anies mendapatkan angin segar. Dia mendapatkan dukungan hebat JK dengan catatan memberikan akses ekonomi dan politik sebagai kompensasi dukungan. Namun konsesi itu diarahkan ke pelanjut kerajaan bisnis dan politik JK yakni Aksa Mahmud dan Erwin Aksa.

Di dalam gerbong kekuatan JK ini, terselip partai yang suka dikadali dan dikendalikan oleh partai agama PKS – Gerindra namanya. Prabowo menganggap kemenangan Anies di DKI akan memberi jalan kepadanya untuk memenangi pilpres 2019. Prabowo menganggap dirinya akan didukung oleh Anies. Padahal, sesungguhnya tanpa disadari Prabowo, Anies sedang memupuk kekuatannya dan setelah siap akan digunakan untuk melawannya.

Kenapa demikian? Anies yang ambisius akan membuat tawaran antara dia menjadi capres dengan tandem dengan Agus, atau meminta Prabowo menjadi cawapres mendampingi capres Anies. Tawaran ini dilakukan karena partai agama PKS,PAN, Demokrat sejalan. Gerindra sendirian tanpa teman partai. Itulah akhir kisah Prabowo.

Nah, kesadaran Prabowo yang seperti ini yang membuat dirinya kecut.Untuk itu dalam beberapa catatan awal, Prabowo tampak kurang antusias dalam menyambut Anies dalam pelantikan di Istana Negara. Fahri Hamzah – pendukung Prabowo – kecewa dengan pidato Anies. Di kalangan DPRD DKI pun sidang istimewa paripurna untuk Anies-Sandi juga ditunda-tunda. Itu indikasi nyata bahwa sosok Anies menimbulkan kontroversi.

Manuver Anies versus Prabowo

Untuk itu, dalam beberapa bulan ke depan akan muncul berbagai maneuver yang akan mengakhiri sepak-terjang Anies. Kekuatan Islam radikal yang selama pilkada menyatu dengan Gerindra dan PKS akan pecah. Dua kekuatan itu akan saling tikam di dalam memerebutkan momentum. Menaikkan Anies dan pada saat bersamaan menenggelamkan Prabowo. Prabowo tentu akan melakukan segala cara untuk mengamankan diri dari capres 2019.

Anies pun tidak akan tinggal diam dan akan dengan sekuat tenaga memenuhi dan mematuhi kehendak kekuatan di luar dirinya seperti Jusuf Kalla, termasuk memenuhi kenekatannya maju menjadi capres dan dia sebagai wapres. Yang menjadi masalah adalah jika mereka berpasangan, Agus mau dibuang ke tong sampah politik mana?

Maka dalam memahami konteks Anies ini, banyak yang terkecoh. Belum lagi ketika nanti maneuver jepitan dari pendukung Jokowi. Maka praktis dia akan menjadi batu sandungan yang menjadi tugas Prabowo untuk memasukkannya ke dalam tong sampah politik. Karena sesungguhnya Prabowo ibarat tengah memelihara anak macan yang siap menerkamnya, lalu mengantarkannya pula ke kuburan politik untuk selama-lamanya.

Jadi, sejak saat ini Prabowo pun akan mengawasi sepak terjang Anies dan sebaliknya Anies akan bermanuver terus untuk memenuhi ambisinya nyapres di 2019. Soal hubungannya dengan Prabowo dan para partai lain dalam politik semuanya sah dan halal.

Sumber

Tidak ada komentar:
Write komentar