Rabu, 30 Agustus 2017

Retorika Banyak Gaya Rocky Gerung

Retorika Banyak Gaya Rocky Gerung

Berita Dunia Jitu  -Selain pengakuan Jasriadi (ketua Saracen) yang plin-plan, dalam acara Indonesia Lawyers Club kita saksikan kejadian luar biasa, bagaimana Jonru dijadikan bulan-bulanan di sana. Tidak hanya ditunjuk langsung hidungnya oleh Akbar Faisal, secara jelas Rocky Gerung juga tidak menyukai pendiskreditan dirinya, hanya gara-gara ia duduk di samping Jonru. Satu hal yang tak layak untuk dijelaskan di sana. Meskipun saya sadar, duduk di samping Jonru itu sungguhlah ujian yang berat bagi intelektualitas.

Yang menarik dari pernyataan Rocky Gerung adalah ketidak-setujuannya atas reaksi khalayak terhadap hoax. Dalam kasus Saracen ini, Rocky menilai aparat, bahkan mungkin netizen, berlebihan. Rocky melihat hoax secara positif. Hoax turut memberikan kontribusi penyeimbang terhadap kebenaran. Dalam pernyataan lain Rocky menilai, hanya Pemerintah yang mampu menyebarkan hoax terbaik.

Bisa ditarik kesimpulan, mneurut Rocky, tuduhan penyebar hoax terhadap Saracen tidak relevan. Semua orang menyikapi hoax secara berlebihan.

Logika semacam ini sebenarnya bukan konsumsi publik. Meski mungkin secara ilmiah (sesuai pembuktian argumen Rocky) bisa dibenarkan. Karena jika hoax dibiarkan berkeliaran, efeknya sangat luar biasa. Kita sudah melihat operasi hoax dalam ajang kontestasi politik yang keji dan barbar pada Pilpres 2014 dan Pilkada DKI 2017. Kehancuran dan kerusakan yang ditimbulkannya sangat besar. Bahkan belum sirna sampai sekarang.

Yang paling telak dari pernyataan Rocky adalah memisahkan kaidah moral terhadap hoax. Kebohongan tidak dibenarkan dalam pandangan umum. Jikapun dalam kondisi terdesak seperti menyelamatkan nyawa, nilai kebohongan itu tetap cacat. Ia menyalahi prinsip berkehidupan sosial yang baik. Kaidah ini mestinya dikedepankan ketika membuat kesimpulan atas suatu diskursus. Karena kontrak sosial tidak memungkinkan kita hidup sendiri di planet ini.

Ada banyak orang yang getol memerangi hoax. Karena ia memang ancaman yang berbahaya. Seperti yang dinyatakan Guntur Romli, hoax turut berperan besar dalam menghancurkan Suriah. Di sana, orang-orang saling dibenturkan. Kebohongan, pengelabuan, adu domba adalah bagian dari operasi intelijen. Termasuk operasi kemanusiaan White Helmets. Semua kejadian disinetronkan sesuai kepentingan.

Hoax Suriah ini tidak hanya di awal sebagai pemicu kerusakan, tapi ia juga bagian dari upaya menggalang dana atas nama kemanusiaan saat perang berkecamuk. Dengan cara menipu dan membohongi publik. Melalui foto-foto rekayasa, video yang dirancang sebelumnya.


Namun di sisi lain kita menemukan makhluk seperti Jonru, atau dalam bentuk intelek, Rocky Gerung. Orang-orang ini memberikan ruang terhadap hoax. Dengan pembenaran yang menjauh dari kenyataan hidup. Dan anehnya, Rocky memberikan solusi yang tak masuk akal, naikkan IQ-mu untuk menangkal hoax. Faktanya, banyak dosen, bahkan ada yang bertitel profesor termakan hoax. Mereka yang mestinya mewakili kalangan intelek juga tak bisa menyelamatkan diri.

Orang-orang dengan kebencian di ubun-ubun sudah tidak perduli dengan kebenaran. Kalaupun mereka menyadari kekeliruan, tidak terbit rasa malu. Di sinilah hoax mengambil celah. Mereka masuk pada pihak pembenci dan yang permisif terhadapnya.

Maka jalan paling logis menghadapi hoax adalah memeranginya. Ini bukan soal paranoia, indoktrinasi, atau bahkan kesewenangan hukum. Hoax sangat berbahaya, apalagi jika dalam jumlah banyak dan dilakukan secara terstruktur, sistematis dan masif.

Kenapa orang yang mencuri sebutir telur, dua buah kakao, segenggam beras dihukum sedemikian berat? Karena jika ada seribu orang melakukan hal yang sama bisa dibayangkan efeknya. Hoax juga demikian, bukan soal sisi positif yang bisa dibuktikan secara ilmiah, tapi jika satu hoax atau satu kelompok seperti Saracen dibiarkan leluasa menyebarkan hoax, ada ribuan, bahkan jutaan pelaku yang akan menirunya.

Saya tidak tahu motif Rocky sedemikian permisif terhadap prilaku tercela bernama hoax. Dengan istilah yang dibawanya tadi malam, teks, preteks dan subteks, besar kemungkinan preteksnya pernyataan Rocky adalah soal Pilpres kemarin, sedang subteksnya apalagi jika bukan melulu salawi. Mungkin ia ingin tampil beda, meski dengan cara tak masuk akal. Bagaimanpun ia tokoh yang butuh panggung.

Saya pikir Jonru jauh lebih terhormat, karena ia melakukan pengelabuan atas nama perut. Dalam kasus pencurian kakao oleh seorang nenek misalnya, publik cenderung membenarkan tindakan itu karena desakan rasa laparnya. Setidaknya, Jonru juga tak setuju dengan hoax, meski ia juga tak bisa membebaskan diri dari jeratannya. Dan oleh karena itu, Rocky Gerung mestinya tidak perlu malu duduk di samping Jonru.

Sumber

Tidak ada komentar:
Write komentar