Rabu, 30 Agustus 2017

Bandara Soekarno-Hatta Nelangsa Menunggu Hadirnya KA Bandara

Bandara Soekarno-Hatta Nelangsa Menunggu Hadirnya KA Bandara

Berita Dunia Jitu - Berusia 32 tahun sejak tahun 1985, Bandara Udara Soekarno-Hatta telah beroperasi melayani penumpang pesawat dari dan menuju kawasan Jabodetabek. Tercatat Bandara CGK memiliki total jumlah penumpang pengguna bandara sebanyak 60,137,347 orang pada sensus tahun 2013 saja.

Anehnya, sampai sekarang bandara ini seperti nyaman mengandalkan jalan tol Prof. Dr. Ir. Sedyatmo sebagai satu-satunya akses utama menuju bandara. Padahal sebagai bandara tersibuk Indonesia dan kedua di Asia Tenggara setelah Bandara Changi Singapura, Bandara Soekarno Hatta membutuhkan aksesibilitas yang memadai. Lihat saja padatnya jalan tol bandara setiap hari terutama pagi, sore, dan malam hari.

DKI Jakarta mungkin malu kepada Sumatra Utara dengan Kereta Api (KA) Railink Bandara yang langsung beroperasi saat Bandara Kuala Namu dibuka tahun 2013. KA tersebut menghubungkan area titik Km 0 Kota Medan menuju Gedung Terminal Bandara Kuala Namu. Belum lagi adanya jalan arteri lebar sepanjang 16 km menuju Jalan Lintas Sumatra dekat Gerbang Tol Tanjung Morawa. Bahkan akan ada jalan tol bandara yang akan beroperasi pada akhir tahun ini, menghubungkan dengan Medan, Kabupaten Deli Serdang, dan Kota Tebing Tinggi.

Ya Bandara Soekarno-Hatta jauh sekali ketinggalan. Secara de jure, cuma ada satu akses utama ke bandara yang berlokasi di Cengkareng, Kabupaten Tangerang ini, yakni Jalan Tol Prof. Dr. Ir. Sedyatmo sepanjang 17 km. Tidak ada jalan akses lain yang resmi baik dari DKI Jakarta maupun Kabupaten Tangerang. Dan juga tidak ada moda transportasi lain menuju bandara selain kendaraan bermotor.

Memang ada jalan perimeter yang cukup panjang dari sebelah Utara Kota Tangerang. Tapi please deh, apa bisa jalan yang sejatinya bukan untuk kendaraan umum tersebut dikatakan sebagai jalan akses bandara? Lebarnya cuma 2 lajur tanpa lajur pengaman, sehingga kendaraan mesti jalan terus. Dan tolong jangan ada yang mengatakan jalan perkampungan melewati kawasan Rawa Bokor berliku hingga menuju Jl. Daan Mogot / Terminal Kalideres Jakarta Barat sebagai jalan akses bandara.

Demikian keluh-kesah saya seputar aksesibilitas Bandara Soekarno-Hatta. Sekarang mari berbicara mengenai moda transportasi kereta api yang akan segera hadir membantu akses penumpang menuju dan meninggalkan Bandara Soekarno-Hatta.

Entah kenapa pemerintah dulu tidak serius memikirkan besarnya urgensi KA bagi aksesibilitas Bandara Soekarno – Hatta. Padahal dari rel kereta di Tangerang ke area bandara CGK, tinggal menambah rel dengan panjang kurang dari 10 km. Namun demikianlah kenyataannya, meski udah direncanakan sejak tahun 90-an, KA bandara baru benar-benar direalisasikan 4 tahun terakhir.

Menurut Agus Komarudin, VP Corporate Communication KAI, nantinya KA Bandara akan melalui rute Stasiun Manggarai – Stasiun Sudirman Baru – Stasiun Duri – Stasiun Batuceper – Stasiun Bandara Soekarno-Hatta. Ditargetkan dari Manggarai hingga tiba di bandara, perjalanan KA akan memakan waktu sekitar 57 menit.

Ditambahkannya, jadwal uji coba KA Bandara ini adalah sekitar bulan November 2017. Sebenarnya target ini sudah kesekian kali meleset setelah sebelumnya dikabarkan uji coba Juli 2017, tapi memang sudah nasib Bandara Soekarno Hatta. Biarlah terlambat, daripada tidak jadi sama sekali.


Yang patut dibanggakan, rangkaian KA Bandara Soekarno-Hatta dibuat oleh PT. INKA, alias produk dalam negeri. Beda dengan KA Railink Kuala Namu yang merupakan produk Woojin, perusahaan Korea Selatan. Saat Kuala Namu belum beroperasi, INKA mengaku tidak sanggup untuk menyediakan KA sesuai spesifikasi dan target waktu. Adapun satu rangkaian KA Bandara telah tiba di Balai Yasa Manggarai 15 Agustus kemarin, seperti terlihat di foto di atas.

Akan ada sejumlah hambatan yang patut diantisipasi PT. KAI. Pertama, jalur rel dari Manggarai hingga Batu Ceper Tangerang juga digunakan oleh KA Commuter Line Jabodetabek dan kereta barang. Sehingga jalur eksklusif hanya jalur KA yang baru dibangun dari Batu Ceper hingga ke bandara. Meski KRL dan KA lain memang harus berhenti saat KA Bandara lewat, tetap saja hal-hal seperti gangguan listrik KRL, KA mogok, banjir, dan hal lainnya harus diantisipasi.

Resiko berikutnya adalah padatnya penumpang pengguna KA Bandara, terutama saat peak time. Pergerakan penumpang masuk dan keluar kereta harus diakomodir dengan baik, karena ini bukanlah stasiun KRL yang sudah biasa berjubel penumpang. Ini stasiun untuk penumpang dari/ke bandara, akan digunakan banyak penumpang dari luar negeri. Maka operasional KA Bandara ini akan menunjukkan bagaimana wajah transportasi Indonesia kepada dunia.

Kemudian tentu kualitas pelayanan. Dengan perkiraan harga tiket antara Rp 100.000 – Rp 150.000, penumpang berhak meminta pelayanan sepadan. Seperti informasi jadwal keberangkatan dan kedatangan kereta, termasuk informasi keterlambatan, posisi kereta, dan sebagainya. Kemudian kenyamanan tempat duduk dan gerbong, tempat bagasi, navigasi pergerakan, serta tentu kecepatan tempuh. Ingat, salah satu kunci cukup suksesnya KA Railink Kuala Namu adalah hanya membutuhkan 30 menit dari pusat kota Medan ke bandara.

Satu pelajaran yang bisa dipetik, apabila membangun sebuah proyek besar seperti bandara, sekalian juga dibuat lebih dari satu moda transportasi menuju bandara seperti Bandara Kuala Namu. Jangan tunggu bandara dan jalan aksesnya kelebihan kapasitas, baru mulai direncanakan penambahan.

Pemerintah pun tak mau kecolongan seperti pemerintah dulu. Bandara Propinsi Jawa Barat (Kertajati) dan Daerah Istimewa Yogyakarta (New Yogyakarta International Airport) yang saat ini sedang dibangun, akan dilengkapi dengan moda transportasi KA Railink. Bandara Minangkabau di Padang juga sudah memiliki KA Bandara. Sementara Bandara Juanda Surabaya, Bandara Adi Sumarmo Solo, serta sejumlah bandara kota besar Indonesia lainnya juga tengah mempersiapkan moda transportasi KA Bandara.

Sumber

Tidak ada komentar:
Write komentar