Senin, 30 Oktober 2017

Hebat Anies Melebihi Jokowi: 47 Kematian Orang Miskin Tidak Menarik

Hebat Anies Melebihi Jokowi: 47 Kematian Orang Miskin Tidak Menarik

Berita Dunia Jitu - Anies dalam hal ini hebat. Dia melebihi Jokowi. Kebakaran hebat yang menewaskan 47 pekerja kelas teri sungguh mengenaskan. Belassungkawa hanya keluar dari mulut Anies Baswedan. Menaker bungkam. Menteri lainnya menyumpal mulut. Semua lari menjauhi derita warga miskin.

Seperti diketahui kebakaran melanda pabrik mercon PT Panca Buana Cahaya Sukses di Kompleks Pergudangan 99, Jalan Raya Selembara, Cengklong, Kosambi, Tangerang, Banten.

Kejadian ini menghentak dunia. Peristiwa inferno ini menjadi pembicaraan dunia karena tragedi ini melebihi derita terorisme dan pembunuhan. Ironisnya, hanya Anies yang mengucapkan bela sungkawa. Parah memang. Kenapa?

Apa alasannya hingga tidak ada simpati dan belasungkawa dari kalangan orang penting di Indonesia, sejak dari gubernur,bupati, menteri, sampai presiden sekali pun. Miskin dan orang miskin jawabnya. Edan memang bangsa ini!

Perhatian Media Dunia

Media di dunia menurunkan berita penuh kepedihan dari hanya sekedar berita sampai sajian foto-foto yang sangat mengerikan. Media besar sekelas New York Times, BBC, Aljazeera, NBC, ABC, Fox dan hampir semua kantor berita dan media online memberitakan kejadian tersebut dengan uraian dan kekhasan berita dan keprihatinan.

Selain itu situs online NBC, ABC, NY Times, Khaleej Times, Washington Post, juga menurunkan berita kebakaran yang merenggut para pekerja tersebut. Semuanya memberikan gambaran kesederhanaan dan tampilan kekurangan fasilitas keselamatan tergambarkan di sana.

Media, Serikat Pekerja, Publik Tak Berempati

Namun, di balik berita keprihatinan dunia itu, media lokal dan masyarakat tampaknya tidak tergerak oleh pederitaan sesama itu. Tidak banyak ulasan yang membahas kesedihan. Yang ada adalah hanya sekedar berita. Parah memang.

Padahal tidak hanya korban tewas, puluhan pekerja luka bakar dari level 10% sampai 85%. Sangat mengerikan. Isak tangis keluarga menghiasi media kelas pinggiran. Sangat menyesakkan dada para manusia waras. Mereka adalah manusia pemilik kisah dan harapan yang terenggut paksa.

TV dan koran dan media sosial tidak membahas. Kenapa? Karena berita ini tidak menarik. Kenapa karena tidak memiliki nilai berita. Kenapa? Korbannya kelas menengah ke bawah, para pekerja kelas gurem yang tidak tersentuh oleh serikat pekerja. Mereka pun termarjinalkan sejak dalam pikiran hingga ketika tewas terpanggang meregang kepedihan inferno neraka dunia pun publik tidak peduli. Sungguh kejam dunia. Tega.

Tak hanya itu, yang tidak semestinya muncul ke permukaan malah menjadi bagian pertunjukan. Justru serta-merta muncul pembelaan terhadap pemilik pabrik. Bahwa pemilik pabrik tidak bersalah. Bahwa unsur keselamatan tidak diperhatikan juga tidak menjadi pembahasan. Semestinya pabrik menyediakan alat pemadam api ringan – apar. Ini perlu ditilik agar jika terjadi kebakaran kecil bisa diatasi.


Manusia kelas bawah kalau mati hanya jadi bahan evalusi. Beda sekali kematian para penumpang pesawat. Beda pula dengan kematian artis kelas teri atau kakap. Beda pula kematian koruptor dan penjahat serta mafia.

Pun kalangan serikat pekerja seperti Said Iqbal dan kawan-kawan, KPSI, SPSI, dan semua serikat pekerja tidak bersuara sama sekali karena sekali lagi para korban adalah pekerja kelas miskin. Mereka bukan pekerja kelas metal, bukan karyawan bank, bukan pekerja kelas Rodi dan kapitalis yang membayar iuran anggota SP. Bukan. Mereka pekerja marjinal tanpa perjanjian kerja tertulis. Jadi tidak bermanfaat bagi gerakan buruh. Duh.

Reaksi Menteri, Gubernur dan Presiden

Lihatlah Gubernur Banten Wahidin Halim bukannya berbela-sungkawa, malahan meminta Bupati Kabupaten Tangerang Ahmed Zaki lebih selektif dalam memberikan izin usaha ke perusahaan setelah terjadinya kebakaran hebat yang menewaskan 47 orang itu. Lalu dengan enaknya dia meminta A. Zaki Iskandar untuk menertibkan atau mengevaluasi perizinan pabrik yang rentan mengalami kebakaran. Ini semua setelah kebakaran terjadi.

Sekedar mengingatkan, bahwa manusia yang mati terpanggang itu dipastikan akan mati syahid. Kenapa? Karena mereka meninggal ketika sedang bekerja mencari rezeki dan berkat tuhan. Maka kematian mereka adalah perjuangan yang lebih terhormat dari kematian koroptor mana pun di Indonesia ini.

Memang benar apa yang disampaikan oleh kalangan media internasional seperti salah satunya the Inquirer.net.

Safety laws are inconsistently enforced or even completely ignored in Indonesia, a poor and sprawling archipelago nation where worker rights are often treated as a lower priority than economic growth and jobs.
Selain itu yang paling menyesakkan dada adalah kematian orang miskin dan pekerja kelas teri – yang nota bene menggerakkan ekonomi masyarakat di lingkungannya – pun tidak menjadi perhatian pemerintah. Memang kita akui itu wujud dunia. Dunia kejam terhadap kemiskinan. Pun dunia juga kejam terhadap para orang miskin yang mati. Tidak diperhatikan. Inilah wajah dunia kesantunan dan kearifan lokal bangsa Indonesia: tidak memiliki empati terhadap orang miskin. Salam bahagia ala saya.

Sumber

Tidak ada komentar:
Write komentar