Selasa, 08 Agustus 2017
Seandainya Gibran Mau Terjun Ke Dunia Politik
Berita Dunia Jitu - Berapa orang anak muda Indonesia yang terlihat dan dikenal oleh masyarakat banyak memiliki kemampuan memegang prinsip dengan kuat? Tidak banyak. Memang kita mengenal begitu banyak anak-anak pejabat, celebrity, figur publik dan masih banyak lagi anak-anak muda yang muncul karena prestasi atau gabrakan yang mereka buat.
Tapi anak muda yang dikenal sangat memegang prinsip, tidak banyak, atau saya tidak tahu, yang pasti, ketika saya mengenal figur seorang anak presiden seperti Gibran Rakabuming, saya langsung merasa dan melihat bahwa dia bisa menjadi seorang pemimpin yang sangat baik.
Kalau saya bilang Gibran Rakabuming bisa menjadi pemimpin yang mungkin bisa lebih baik dari Jokowi, sang ayah, itu karena saya melihat, selain dia seorang pribadi punya prinsip dan kemampuan, dia juga memiliki seorang mentor yang piawai, seorang mentor yang teruji dan terbukti kemaestroannya dari pemikiran dan pekerjaan. Diusianya yang masih 29 tahun, GIbran tampil dengan sangat dewasa. Kemandiriannya dan kekeras-kepalaannya terlihat jelas namun diwaktu yang sama kita juga melihat bahwa Gibran juga seorang yang bisa menerima perbedaan dan tidak memaksakan kehendak.
Perhatikan wawancara video yang saya sematkan dibawah ini. Saya cukup kaget juga ketika tahu bahwa Gibran tidak pernah setuju ayahnya, Joko Widodo, menjadi pejabat publik. “Ya saya DARI DULU TETAP KONSISTEN saya ngga pernah setuju bapak jadi walikota, gubernur dan bahkan jadi presiden.” Gibran lebih senang melihat ayahnya menjadi pengusaha seperti dirinya. Dan alasannya sangat sederhana, “Biar Bapak bebas dalam berpikir, mengelola usahanya, membuat networking…”. Saya melihat si penanya agak kewalahan juga menghadapi seornag Gibran yang begitu irit untuk bicara. Beberapa pertanyaan diajukan dalam usaha merubah pemikiran seorang Gibran, dia hanya mejawab pertanyaan, “Itu yang saya lihat dari kacamata saya”. Dan kenyataan, walau Gibran tidak pernah setuju Jokowi menjadi pejabat publik, dia tetap menghargai pilihan ayahnya dan Jokowi tetap menjadi apa yang dia inginkan juga.
Yang menarik untuk saya adalah pendapat Gibran tentang MANUSIA INDONESIA. Dari kacamatanya dia, manusia Indonesia itu belum banyak yang berani menjadi pengusaha, mereka masih banyak bingung dan takutnya, bingung mencari modal, takut untuk memulai sesuatu, takut bersaing dengan kompetitor yang sudah ada, mental pengusahanya saja yang masih harus diasah. Sekarang kan anak-anak kalau ditanya mau jadi apa, mereka lebih cenderung menjawab mencari pekerjaan, bukan mendirikan apa memproduksi apa. Saya tersenyum mendengar jawabannya dia. Ini harus didengarkan oleh Sandiaga Uno untuk program OK OCE-nya dia. Patut diakui apa yang Gibran katakan ada benarnya juga. Diwaktu yang sama, saya juga tidak bisa membayangkan jika semua anak muda muncul sebagai pengusaha, lalu yang mau bekerja siapa?
Banyak hal yang menarik dari pemikiran seorang Gibran ini. Definisinya tentang INDIKATOR KESUKSESAN SESEORANG juga menarik. Bagi seorang Gibran, kesuksesan seorang itu bukan dilihat dari berapa usaha yang dia punya, kesuksesan seseorang itu dilihat dari berapa banyak dia sudah berhasil mempekerjakan orang lain, memberi kesejahteraan pada orang lain. Kalau saya artikan, seorang pengusaha itu juga berarti seorang pemimpin dalam sebuah usaha. Menjadi Walikota adalah pengusaha atas pengelolaan sebuah kota, menjadi gubernur adalah pengelola sebuah propinsi dan menjadi presiden adalah pengelola sebuah negara. Semakin besar cakupannya, semakin banyak urusan yang harus di urusnya.
Kesejahteraan orang-orang yang ada dibawahnya adalah menjadi kewajiban pengusahan dan hak karyawan. memperbaiki sarana dan prasarana juga hal yang dilakukan oleh semua pengusaha. Saya tidak melihat adanya perbedaan. Walaupun Pemimpin masyarakat adalah pihak yang penciptakan peraturan, tetap saja peraturan itu juga berlaku untuk dirinya. Keduanya tetap harus berpolitik dalam memajukan usahanya. Pilihanya hanya ada 2: Mau memakai politik bersih atau politik kotor, mau jujur dan tidak jujur, mau terbuka atau tertutup.
Yang pasti, seorang Gibran sama sekali tidak tertarik dengan semua fasilitas kemudahan yang bisa diberikan sebagai anak seorang Presiden. Sampai fasilitas menjagaan keamananpun dia tolak. “Tapi protokol dan SOP kana tetap harus dijalankan untuk menjaga keamanan anda?”. Gibran hanya mengatakan, silahkan saja selama tidak mengganggu KENYAMANAN SAYA DAN ORANG-ORANG DISEKITAR SAYA. Wuih mantap sekali jawabannya. Saya jadi ingat bagaimana Jokowi melintasi jalan raya dari Istana Bogor ke Jakarta. Sunyi senyap karena dia menjaga kenyamanan semua pihak.
Mungkin karena umur Gibran yang masih 29, saat ini dia masih tidak melihat bagaimana negeri ini membutuhkan pribadi-pribadi pemimpin yang memiliki prinsip yang kuat, Dan diumurnya yang masih 29, Gibran memang terlihat sangat kaku. Tapi ini menjadi harapan saya bahwa semakin bertambahnya umur dia, semakin dia bijaksana melihat Indonesia.
Gibran tidak seperti anak-anak presiden lainnya yang ikut ribut dan ikut sibuk dengan jabatan ayahnya. Menjadi ketua ini atau ketua itu. Dari 7 presiden yang dimiliki Indonesia, hanya anak-anak Jokowi yang mampu menahan diri untuk tidak ikut menikmati kemudahan yang ditawarkan oleh negara.
Kesimpulan yang bisa saya ambil dari wawancara ini hanya satu, “Gibran lagi-lagi berhasil membuat si Presenter mati kutu” 😀
Sumber
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Write komentar