Selasa, 08 Agustus 2017
Nasdem Berencana Akan Tuntut Pengedit Video
Berita Dunia Jitu - Benar kata Fadli yang mengancam bahwa Viktor bisa menjadi Ahok kedua. Hal tersebut tidak bisa dipungkiri. Viktor memang bisa menjadi Ahok kedua karena sama-sama menjadi korban. Ahok dituduh menista agama setelah Buni Yani menuliskan transkip Video Ahok secara tidak utuh dan ada kata yang dihilangkan. Transkip yang tidak utuh tersebut yang membuat video Ahok menjadi viral.
Setelah Viral, Ahok terus ditekan oleh oknum-oknum yang tiba-tiba merasa tidak terima dengan ucapan Ahok. MUI bahkan sampai turun tangan dan akhirnya dijadikan legitimasi untuk memperkarakan ucapan Ahok.
Puncaknya, Ahok dipenjara selama dua tahun dan si pengedit transkip, Buni Yani juga nasibnya kemungkinan tidak jauh berbeda, bahkan bisa jadi lebih parah. Saat ini Buni Yani masih menjalani persidangan dan belum sampai tahap pembacaan Vonis.
Apa yang terjadi pada Ahok nampaknya kembali terulang ke Viktor. Viktor dilaporkan ke Polisi oleh partai yang tidak terima dengan tuduhan Viktor bahwa mereka adalah partai yang tidak menolak khilafah dan berpaham radikal. Mereka melaporkan Viktor dengan bermodal video yang ternyata sudah diedit dan tidak utuh.
Seperti halnya kasus Ahok dimana pelapornya adalah orang yang tidak mendengar langsung pidato Ahok, namun hanya bermodal video, begitu pun dalam kasus Viktor. Pihak yang melporkan Viktor bukanlah orang yang mendengar secara lagsung pidato Viktor dan hanya bermodal video yang sudah diedit.
Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Nasdem Zulfan Lindan merasa partainya menjadi korban dalam polemik pidato Ketua Fraksi Nasdem Viktor Laiskodat di Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) pekan lalu.
Dia mengatakan pihak yang semestinya meminta maaf bukanlah Nasdem, melainkan pengedit video rekaman pidato Viktor. Namun, saat ditanya apakah akan menuntut pihak yang mengedit dan menyebarkan potongan rekaman video pidato tersebut, Zulfan menjawab belum merencanakan hal tersebut.
Ia justru mengingatkan keempat partai yang melaporkan Viktor karena didasarkan pada rekaman video yang tidak utuh dan kehilangan konteks keseluruhannya.
Zulfan Lindan juga mengingatkan kepada empat partai tersebut jika videonya tidak utuh, maka keadaan bisa terbalik karena Bareskim pasti akan menuntut video yang utuh, bukan yang telah diedit. Jika keempat partai tersbut tidak bisa menunjukkan video yang utuh, maka laporan ini justru bisa blunder dan menghantam mereka. Tidak mustahil keempat partai tersebut terindikasi melakukan pencemaran nama baik.
Zulfan memang belum berencana menuntut si pengedit video, namun jika Gerindra terus memperbesar kasus Viktor, saya yakin cepat atau lambat Zulfan akan menuntut si pengedit video Viktor.
Kemiripan kasus Viktor dengan Ahok memang menjadi sebuah kecurigaan bahwa apa yang menimpa Viktor bukanlah sebuah kebetulan dan seperti sudah diseting sedemikian rupa. Kasus Viktor bisa jadi karena ada pihak yang ingin kembali menggerus kekuatan lawan dengan kasus seperti Ahok.
Kasus penodaan agama yang menimpa Ahok menjadi bukti shahih bagaimana mereka berhasil mengalahkan Ahok dengan gilang gemilang dengan bermodal isu sara. Mengapa saya katakan gilang gemilang, karena dengan segudang prestasi yang Ahok torehkan, nyaris mustahil ada calon yang mampu mengalahkan Ahok di Pilpres 2019.
Namun ternyata Ahok masih bisa dikalahkan \yaitu dengan isu sara. Ahok dilaporkan ke polisi karena dituduh menodai agama.
Cara-cara untuk menjegal Ahok kemungkinan dipakai kembali untuk menjegal Jokowi di Pilpres 2019. Mereka mendapat peluang untuk kembali memperagakan kasus Ahok ke Viktor. Fakta bahwa Viktor adalah kader Nasdem, dan Nasdem sendiri adalah pendukung Jokowi tentu tidak boleh dikesampingkan begitu saja.
Mereka seperti telah meyebar mata-mata ke lumbung-lumbung pendukung Jokowi untuk mencari celah untuk kembali memperagakan kasus yang menimpa Ahok. Faktanya, mereka sampai mempunyai video saat Viktor berpidato dan dijadikan sebagai modal untuk melaporkanViktor. Padahal, Viktor berpidato dihadapan internal partai Nasdem.
Mencuatnya kasus Viktor memang terlihat sudah diatur sedemikian rupa untuk dijadikan sebagai maneuver Gerindra yang sebelumnya telah dibuat malu oleh kadernya, Arif Poyuono. Manuver mereka sepertinya berhasil. Saat ini publik sudah melupakan kasus Arif Poyuono yang menuduh PDI P sebagai PKI.
Agar masyarakat semakin lupa dengan kasus Arif, kubu Gerindra terus memviralkan pidato Viktor dan memberikan respon yang berlebihan. Tujuannya untuk mengalihkan isu pada kasus Arif Poyuono.
Sumber
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Write komentar