Berita Dunia Jitu -Memang susah melupakan mantan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaya Purnama (Ahok). Selalu saja ada kisah dan cerita yang mengait-ngaitkan nama Ahok dan semua tingkah lakunya selama menjabat. Ahok memang susah dilupakan dan sangat dirindukan.
Ahok bukan hanya dirindukan oleh para pendukungnya, melainkan juga oleh para pembenci dan lawan-lawannya. Hal ini bisa kita lihat bagaimana Ahok selalu diterpa oleh isu miring dan hoax terkait keberadaannya di Mako Brimob. Terakhir adalah foto Ahok yang dituding berenang dan juga ikut acara rakernas Hanura di Bali.
Para pembenci Ahok ini seperti tidak pernah puas dan senang melihat kondisi Ahok yang sudah berada dalam penjara. Mereka ingin Ahok terus menderita dan mereka juga ingin terus mendapatkan recehan dari berita hoax yang mereka sebar. Sayangnya, hal tersebut malah membuat nama Ahok tidak meredup, tetapi malah semakin mentereng.
Ahok memang sangat sangat fenomenal. Kalau mau dibandingkan maka Ahok memang sangat mirip dengan Ali Sadikin yang juga fenomenal suka marah-marah tetapi memberikan banyak perubahan bagi Jakarta. Ali Sadikin jelas kalah dari Ahok dalam kemampuan menggerakkan 7 juta orang, menurut perhitungan Rizieq Shihab, berkumpul di monas.
Jakarta memang sangat kehilangan Ahok. Sejak tidak lagi menjabat lebih dari 3 bulan yang lalu, kehilangan Ahok sedikit demi sedikit mulai terasa. Terasa bukan hanya dalam hal-hal kecil, melainkan juga dalam hal-hal besar. Bahkan kini rasa segan dan disiplin tidak ada lagi.
Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat, kembali mengakui bahwa Jakarta benar-benar telah kehilangan sosok Ahok. Hal ini, menurut Djarot, karena beberapa hal di Jakarta memang membutuhkan orang dengan tipe seperti Ahok. Hal ini disampaikan Djarot saat menemukan bahwa simpang susun semanggi kini sudah ada coret-coretan.
Djarot akhirnya menyadari mengapa Ahok jadi suka marah-marah karena kelakuan warga yang tidak karuan. Bukan hanya masalah mencoret simpang susun semanggi, melainkan juga kelakuan menyerobot trotoar. Pengendara juga punya kebiasaan buruk dengan menerobos lampu merah. Saat ditegur, pengendara yang sesungguhnya salah justru marah-marah.
“Simpang Susun belum resmi sudah dicorat-coret. Koridor 13 belum jadi sudah dicoret. Bagaimana? Tangannya gatal terus,” kata Djarot sambil mengelus dada di Balai Kota DKI Jakarta, Jalan Medan Merdeka Selatan, Rabu (9/8/2017).
“Ini bagaimana kita bisa saling menghargai, saling menghormati, bagaimama menyeimbangkan hak dan kewajiban. Jangan hanya hak yang dituntut,” kata Djarot.
Jakarta memang tidak karuannya sudah akut maksimal. Kalau bukan orang yang keras, maka akan sangat sulit memimpin Jakarta untuk menjadi lebih baik. Hal itu sudah dibuktikan oleh Ahok. Ahok bukan hanya keras kepada para koruptor dan mafia, tetapi juga kepada warga yang ketahuan melakukan praktik tidak benar. Hal ini memang pada akhirnya membuat Jakarta lebih baik dan disiplin.
Kemarahan Ahok bukanlah hal yang buruk, melainkan kekuatan Ahok untuk mendisiplinkan banyak orang, Tanpa itu, maka akan sangat sulit untuk bisa mendisiplinkan seseorang. Buktinya sudah dialami oleh Djarot yang sudah mulai kewalahan memimpin Jakarta.
Keberhasilan marah-marah dan ketegasan Ahok ini dapat dilihat dan dirasakan sendiri. Relokasi warga ke rumah susun, Membereskan waduk pluit dan bantaran sungai serta banyak hal lain yang dibangunnya semua dengan ketegasan dan kedisiplinan kelas dunia. jakarta pun kini bisa lebih baik.
Tetapi sayangnya, itu hanya terjadi saat Ahok menjadi Gubernur. Budaya masyarakat yang buruk dan pejabat yang bertahun-tahun terlena dengan ketidakdisiplinan, kini kembali berulah setelah Ahok lengser. Kepemimpinan Ahok sepertinya masih belum cukup untuk bisa mengubah Jakarta. Kini kesempatan Jakarta untuk bisa jadi lebih baik harus berhenti.
Saya bukan merendahkan kemampuan Gubernur Djarot dan Gubernur tepilih, Anies Baswedan, tetapi level Ahok memang sangatlah tinggi. Djarot saja kesulitan mengikuti ritme kerja, apalagi nanti jika Anies sudah memimpin Jakarta. Retorika Anies akan selalu mendahului tangan dan kakinya untuk berkerja dan melayani warga.
Kita semua memang merindukan dan merasa kehilangan sosok Ahok yang memang marah-marah. Bukan hanya para pendukungnya, melainkan juga para hattersnya. Jujur, saya sangat kehilangan dan merindukan kepemimpinan ‘PEMAHAMAN NENEK LOE!’.
Sumber
Tidak ada komentar:
Write komentar