Selasa, 29 Agustus 2017

Bisakah Gubernur Baru Sehebat Pak Ahok

Bisakah Gubernur Baru Sehebat Pak Ahok

Berita Dunia Jitu - Bercerita tentang Ahok memang tidak ada matinya. Begitu inspiratif dari tiap-tiap kisah yang dituturkan. Semuanya bernada positif. Semuanya memberikan optimisme yang membanggakan. Itulah Ahok yang tak akan membiarkan pendukungnya bersedih hanya karena dirinya sekarang sedang menjalani masa hukuman. Dia tak akan membiarkan orang-orang menjadi bersusah hati karena memikirkan dirinya yang sedang di penjara. Ahok bahkan memberikan semangat kepada pendukungnya agar tetap tersenyum walau keadilan tidak berpihak pada diri kita. Karena suatu saat Tuhan yang akan membalaskan semuanya. Gusti ora sare.

Pekerjaan Ahok di Jakarta memang belum tuntas, masih banyak ide-ide yang harus direalisasikannya. Tetapi sayang, waktu berkata lain. Belum selesai pekerjaannya, Ahok harus tersandung kasus yang menyebabkan dirinya harus menjalani hukuman di Mako Brimob. Masih banyak pekerjaan yang belum selesai, tetapi sayang Ahok keburu tidak lagi menjadi Gubernur DKI Jakarta.

Pekerjaan-pekerjaan tersebut diharapkan bisa diselesaikan oleh Gubernur selanjutnya. Djarot pun mendapatkan tanggung jawab yang berat untuk menyelesaikan tugas-tugas Ahok yang belum tuntas itu. RPTRA yang belum diselesaikan umpamanya, harus diselesaikan ketika jabatan Djarot berakhir pada bulan Oktober nanti. Tapi sayang Djarot bukan seorang administrator ulung seperti Ahok. Sehingga RPTRA yang menjadi program unggulan Ahok-Djarot pun terindikasi tidak dapat dilanjutkan lagi.

Tetapi sayang, anggaran pengadaan lahan RPTRA ini dihapus dari Kebijakan Umum Perubahan Anggaran Plafon Prioritas Anggaran Sementara (KUPA-PPAS) 2017, dengan alasan karena kesalahan nomenklatur, kode rekening, hingga menunggu regulasi.

Jika tidak ada anggaran pengadaan lahan RPTRA bagaimana RPTRA dapat diselesaikan? Bagaimana mungkin membangun RPTRA tanpa lahan? Djarot menaruh curiga ada permainan dari para Wali Kota. Dengan alasan kesalahan nomenklatur dan kode rekening, membuat Djarot mencak-mencak. Dan sepertinya memang disengaja untuk menghapuskan anggaran RPTRA ini.

“Kayak enggak pernah bebasin lahan aja sampai salah masukin nomenklatur, atau karena ada koordinasi dengan misalnya tim sinkronisasi, saya enggak ngerti ya,” ujar Djarot.

Dengan kejadian ini, kita pun rindu dengan ketegasan Ahok. ‘pemahaman nenek lu‘ mungkin saja akan terucap lagi dari mulut Ahok, jika dirinya tahu ada permainan yang akan menggagalkan program unggulannya. Dan saya yakin para Wali Kota yang ada akan ketar-ketir jika membayangkan sanksi akan diberikan oleh Ahok kepada mereka. Tetapi sayang, sekarang sudah bukan zamannya Ahok lagi, dan para Wali Kota ini pun sudah mulai menunjukkan jati dirinya. Sudah mulai memberikan ‘perlawanan’ kepada boss mereka.


Membayangkan Jakarta tanpa Ahok, seperti membayangkan anak-anak yang mengerjakan PR. Dikerjakan atau pun tidak dikerjakan tidak akan mendapatkan sanksi dari gurunya. Ya, karena gurunya sangat baik hati, dan selalu toleran kepada murid-muridnya. Alasan apa pun yang diberikan oleh muridnya, guru tersebut selalu memahaminya. Apakah alasan tersebut benar atau hanya karangan murid-muridnya saja dia akan memakluminya. Itukah guru yang baik? Tentu tidak. Guru yang baik adalah seorang guru yang tegas demi kebaikkan murid-muridnya. Yang tidak mengerjakan PR memang harus diberikan sanksi, sedangkan yang menyelesaikan PR diberikan reward. Itulah Ahok, yang akan memberikan sanksi kepada mereka yang lalai dengan tanggung jawabnya dan akan memberikan reward kepada mereka yang menyelesaikan tugas-tugas mereka.

Kini Jakarta sudah berubah, Ahok sudah tidak lagi memimpin. Baru saja Ahok tinggalkan Jakarta beberapa bulan. Para Wali Kota sudah mulai berulah. Karena sudah tidak ada lagi Ahok, maka sudah tidak ada lagi yang mereka takuti. Mereka sekarang sudah bebas, bebas menjadi raja kecil kembali karena sudah tidak ada lagi yang mengawasi. Mereka sudah mulai mengamankan diri sendiri, karena sebentar lagi kekuasaan akan segera berganti dan mereka harus menjilat kepada kekuasaan baru agar mereka tidak terdepak dari lingkaran kekuasaan.

Ahok kini sudah menjadi legenda. Salah satu Gubernur DKI yang banyak membuat perubahan hanya dalam waktu 2,5 tahun. Ahok akan dikenang sebagai Gubernur yang paling berhasil memajukan Jakarta. Semua pekerjaannya akan terus dikenang. Akan terus dibicarakan dari masa ke masa. Bahkan suatu saat nanti, seorang ayah akan bercerita kepada anak-cucunya tentang Ahok yang berhasil memimpin Jakarta.

Dan tentu saja, kita berharap Gubernur yang baru yang akan segera dilantik dapat lebih berhasil memajukan kota Jakarta ini. Akan lebih tegas menindak setiap kelalaian. Dan memberikan apresiasi kepada mereka yang berhasil. Apakah ini hanya sebuah angan-angan?

Sumber

Tidak ada komentar:
Write komentar