Selasa, 29 Agustus 2017

Penistaan Tuhan Bukan? Dulu Jemaah Ke Arab Karena Dipanggil Tuhan, Sekarang Polisi

Penistaan Tuhan Bukan? Dulu Jemaah Ke Arab Karena Dipanggil Tuhan, Sekarang Polisi

Berita Dunia Jitu - Pembodohan publik dan penggiringan opini di Indonesia terus menerus berlanjut. Penggiringan opini semacam ini justru menjadi sebuah borok yang harus segera dibuka dan dicabut secepatnya. Karena luka dan pembodohan-pembodohan yang ditanamkan bertahun-tahun ini akibat dari aksi intoleransi dan ontaleransi yang dilakukan oleh mereka, sudah mulai membusuk.

Saya sangat khawatir, jika hal ini terus berlanjut dan borok terus dipelihara, akan mengacaukan cara berpikir orang terhadap agama. Citra agama yang dijalankan di Indonesia, sebenarnya tidak seperti sekarang ini. Mereka yang membawa-bawa agama dengan politik identitas semacam ini harus segera diberangus.

Jangan sampai citra agama yang besar di Indonesia dihancurkan oleh orang-orang yang membawa-bawa agama. Khususnya mereka yang mencoba melacurkan antara agama dengan politik. Kawin paksa antara agama dan politik, melahirkan sebuah bom waktu yang akan menciptakan ledakan yang maha dahsyat jika tidak dikendalikan sedini mungkin.

Tertangkapnya sindikat Saracen yang dikenal sebagai penyedia jasa penyebar hoax dan penyebar ujaran kebencian yang berbau SARA sesuai pesanan, menjadi titik balik bagi pemerintah Indonesia menghantam kremi-kremi politik dan bajingan-bajingan yang menunggangi mereka. Pesanan-pesanan para elit politik busuk dan kotor, sekarang sedang diperdalam.

Beberapa bulan terakhir, polisi sedang gencar-gencarnya mengembalikan citra mereka yang sudah hancur dari puluhan tahun. Sangat melekat di ingatan kita, bagaimana rendahnya polisi saat itu. Mulai dari Polantas sampai kepada Polisi yang bertugas sehari-hari. Polantas dengan mudahnya menerima uang ‘damai’ yang sebenarnya adalah uang ‘haram’ dan najis.

Namun sekarang kita melihat bagaimana kinerja Polisi Lalu Lintas sudah berubah. Meski tidak seluruh polantas bersih, setidaknya saya sulit untuk menebak-nebak lagi mana yang bersih, mana yang masih kotor. Kalau dulu, semua polisi bisa diajak damai, sekarang sudah tidak bisa. Loh kok gw jadi curhat?!!?



Melihat dari pembuatan surat kehilangan pun, sekarang sudah tidak perlu bayar apapun. Awalnya saya ingin memberikan Pak Pol tersebut uang sekadar untuk berterima kasih, namun Pak Polisi menolak dan mengatakan dengan tegas dan sambil bercanda.

“Sebenarnya Bapak tidak salah memberikan saya uang, namun kalau mau sekalian saja semuanya. Sudah simpan saja uangnya, siapa tahu bisa jadi berkat buat yang lebih perlu. Pulang sana!,” Seketika saya hanya dapat tersenyum dan bersyukur bahwa citra polisi semakin hari semakin baik.

Namun ada saja orang-orang yang ketika dipanggil polisi, malah cenderung kabur dan mangkir. Tak perlu saya sebut, orang ini yang digadang-gadang sebagai imam besar garda terdepan agama islam. Ia sangat merusak citra agamanya! Tidak berlebihan jika kita berkesimpulan bahwa sementara ini orang ini menyetarakan antara polisi dan Tuhan.

Tentu pembaca tahu bahwa rukun islam terakhir, yakni naik haji dilakukan karena orang-orang tersebut merasakan panggilan Tuhan. Namun tidak untuk orang ini, dan pengekornya yang baru-baru saja ke Arab. Mereka melakukan ‘ibadah haji’ saat mengetahui dirinya dipanggil polisi. Alasan “hijrah bukan karena takut” yang dilontarkan oleh kelompok mereka merupakan alasan yang terlalu dibuat-buat.

Maka bukankah ini merupakan bentuk penistaan Tuhan? Jika mereka bisa mengatakan Ahok menista agama, saya pun bisa mengatakan bahwa ini bentuk penistaan terhadap Tuhan! Mana yang lebih parah? Silakan pikir sendiri.

Jadi jikalau masih banyak orang yang mengatakan bahwa orang-orang initidak takut, itu merupakan alasan yang terlalu dibuat-buat. Saya memiliki rekan muslim yang baik, mereka menjalankan ibadah, sebagian dari teman-teman saya memiliki tanda taat di dahinya yang menghitam karena solat 5 waktu dijalankan sebaik-baiknya.

Mereka adalah orang-orang yang saya hormati, karena keluasan berpikir. Maka tanda taat di dahi mereka, membuat saya berpikir lebih luas. Semakin mereka mengenal pencipta mereka, semakin luaslah pikiran mereka. Sayangnya, mereka tidak terlalu menonjolkan diri dan tidak terlalu dikenal. Berbeda jauh seperti orang-orang terkenal yang juga memiliki dahi hitam yang malah merusak citra agama mereka.

Akhir kata, jika banyak orang yang menganggap Seword adalah media anti-Islam, media yang hanya dukung Jokowi dan Ahok secara radikal dan ekstrim, sebenarnya mereka salah! Mengapa? Karena di Seword, kami membela yang benar dan menangkal pemberitaan hoax!

Siapa yang mengatakan Seword adalah media hoax yang tidak berbeda dengan media ‘seberang’, hanya beda objek dukungan, sebenarnya kalian salah besar. Kami menjunjung tinggi pemberitaan anti hoax, sederhananya, kami berbeda dunia dengan mereka yang masuk ke dalam komplotan 7 juta.

Sumber

Tidak ada komentar:
Write komentar