Sabtu, 26 Agustus 2017

Ahok Mengorbankan Dirinya Untuk Membuka Kedok Para Oknum Penjual Agama

Ahok Mengorbankan Dirinya Untuk Membuka Kedok Para Oknum Penjual Agama

Berita Dunia Jitu - Jika tidak ada kasus Ahok, sepertinya tidak akan terbongkar beberapa oknum yang hobi menjual agamanya untuk kepentingan yang bersifat duniawi. Dugaan bahwa ada oknum yang memang hobi jualan agama semakin mencuat ketika Pilkada DKI.

Sejak Ahok akan menjadi gubenur menggantikan Jokowi, FPI sudah beberapa kali berdemo menolak Ahok dengan alas an Ahok bukan muslim. Mereka menolak Ahok dengan dalih haram memilih pemimpin muslim. Mereka menjadikan dalil agama begitu murah untuk tujuan politis. Mereka memaksakan apa yang dipahaminya sebagai sebuah kebenaran. Mereka ingin tafsiran tentang keharaman memilih pemimpin muslim diterapkan di Indonesia. Mereka tidak mau menerima tafsir yang berbeda dari ulama yang lain. Bukankah pemaksaan ini sama saja menjual agama untuk kepentingan mereka?

Mencuatnya kasus Ahok saat Pilkada DKI menjadikan masyarakat menyadari bahwa jika sedang tidak bertarung di Pilkada, kemungkinan tidak ada tuduhan penistaan agama ke Ahok. Ketika Ahok terus diserang bertubi-tubi dengan dalil agama, ketika masjid dijadikan alat kampanye, serta pelarangan menshalati jenazah pendukung Ahok merupakan sekian potret bagaimana agama dijual begitu murah.

Masyarakat awalnya mungkin mengira apa yang menimpa Ahok adalah murni reaksi kemarahan warga kepada Ahok karena dinilai telah menista agama. Orang-orang yang gemar mencaci-maki Ahok mereka anggap sebagai sumbu pendek yang mudah diprovokasi. Namun siapa sangka bahwa ada nominal uang untuk membayar reaksi kemarahan dan kebencian kepada Ahok.

Dugaan bahwa ada oknum-oknum yang menjual agama semakin mencuat ketika tiba-tiba muncul beberapa aksi yang berjilid-jilid untuk menolak Ahok. Bagi orang yang sudah paham betul dengan dunia demo, hampir mustahil mengumpulkan massa untuk berdemo jika tanpa adanya pelican, yaitu uang. Sederhananya, hampir tidak ada demo jika tidak ada dana yang mengalir.

Meskipun mereka mengaku paling islami dan mengklaim aksi demonya sebagai jihad, namun mereka manusia bisaa yang butuh uang untuk hidup. Mereka butuh uang untuk menghidupi keluarga. Mengikuti demo tentu mengurangi waktu yang seharusnya digunakan untuk bekerja.

Pernah muncul kabar bahwa biaya aksi demo 212 mencapai seratus milyar. Angka yang sangat fantastis. Jika digunakan untuk membangun masjid, tentu sudah cukup untuk membangun masjid yang cukup megah.


Keyakinan yang timbul di masyarakat bahwa memang ada oknum yang berjualan agama dalam bidang yang berbeda terus menguat. Masyarakat yang sudah mendaftar umroh ke First Travel mulai terbuka matanya semenjak viralnya kasus penodaan agama yang menjerat Ahok dan jargon jualan agama. Mereka menjadi curiga ketika dirinya tidak juga diberangkatkan pergi umroh padahal sudah lama membayar. Mereka mungkin lama-lama berpikir bahwa bukan tidak mungkin bahwa jualan agama sedang dipraktekan oleh Bos Firs Travel.

Akhirnya mereka melaporkan bos First Travel dan terkuak fakta-fakta yang sangat mencengangkan dari kisah bos First Travel. Terbongkarnya penipuan yang dilakukan oleh bos First Travel akhirnya membuka mata masyarakat bahwa isu oknum yang jualan agama memang benar-benar nyata.

Oknum-oknum yang gemar berjualan agama akhirnya semakin terbongkar kedoknya. Setelah terbongkar penipuan First Travel, kali ini terbongkar juga bisnis yang termasuk kategori jualan agama demi rupiah, yaitu Saracen.

Saracen adalah sebuah bisnis baru dimana ada oknum yang membayar orang untuk menebar kebencian serta isu sara’. Pilkada DKI menjadi momen berkibarnya para Saracen di jagat maya. Mereka memproduksi konten-konten ujaran kebencian dan tidak jarang memakai dalil agama hanya untuk mendikreditkan Ahok. Ahok bisa dikatakan sebagai korban nyata dari Saracen.

Konten-konten yang berisi ujaran kebencian kepada Ahok tidak jarang mengutip ayat Al-Qur’an dan Hadits. Mereka tidak sedikitpun merasa bersalah menjual ayat-ayat demi sejumlah uang untuk memuaskan pemesannya. Para pemesannya adalah oknum politik yang tidak ingin Ahok kembali menjadi gubernur DKI.

Terbongkrnya beberapa oknum yang menjual agama dengan begitu murah bisa dikatakan sebagai hikmah dari kasus Ahok. Ahok mengorbankan dirinya. Ahok rela disebut penista agama. Namun berkat kasus Ahok, akhirnya terbongkar siapa-siapa yang sebenarnya telah menista agama. Jika kasus dugaan penistaan agama Ahok tidak mencuat, kemungkinan penista agama yang sebenarnya juga tidak akan terkuak.

Kasus Ahok membuat masyarakat mencari makna tentang sosok penista agama yang sebenarnya. Saya yakin setelah terbongkarnya oknum penjual agama, masyarakat akan menyadari bahwa Ahok bukanlah penista agama. Sosok penista agama adalah orang-orang yang menujual agama dengan begitu murah untuk kepentingan duniawi.

Sumber

Tidak ada komentar:
Write komentar