Kamis, 09 November 2017
Serikat Pekerja Merasa Di Bohongi,Pilpres Nanti Jangan Mau Di Bohongi Lagi.
Berita Dunia Jitu - Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) akan melakukan demo besar-besaran pada tanggal 10 November 2017. Mereka kecewa karena Anies-Sandi telah mengingkari kontrak politik dengan serikat buruh, terutama penentuan UMP DKI Jakarta 2018 yang tidak berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2015 Tentang Pengupahan.
Tetapi kenyataannya ketika menetapkan UMP DKI Jakarta 2018, Anies-Sandi tetap menggunakan PP No.78/2015 sebagai dasar penentuan Upah Minimum Provinsi DKI Jakarta, sehingga UMP DKI Jakarta hanya dipatok sebesar Rp.3,6 juta dari seharusnya menurut KSPI sebesar Rp.3,9 juta. Karena penetapan UMP yang di bawah prediksi KSPI, maka Said Iqbal sebagai Presiden KSPI menuding Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Sandiaga Uno sebagai pembohong.
Anies-Sandi harus dihukum karena berbohong," kata Said Iqbal di Kantor DPP FSPMI-KSPI, Jalan Raya Pondok Gede No 11, Kramatjati, Jakarta Timu, pada Rabu, 8 November 2017.
Kekecewaan KSPI tentu juga merupakan kekecewaan banyak orang. Karena apa yang menjadi kebijakan Gubernur dan Wakil Gubernur sekarang ini jauh dari seperti yang mereka janjikan pada saat kampanye dulu. Sehingga warga Jakarta merasa dibohongi oleh Anies-Sandi, seperti yang telah dikatakan oleh Said Iqbal.
Dan tentu saja ini merupakan pelajaran berharga buat kita semuanya. Ketika memilih seorang pemimpin janganlah terpukau oleh janji-janji yang diumbar pada saat kampanye. Jangan karena mereka adalah seiman sehingga kita mengabaikan dengan janji-janji yang mereka lontarkan.
Kita harus meneliti, memeriksa secara seksama. Kalau perlu ditelaah secara mendalam apakah yang mereka janjikan tersebut dapat direalisasikan ketika mereka berkuasa. Apakah yang mereka janjikan tidak bertentangan dengan Undang-Undang yang berlaku? Apakah yang mereka janjikan tersebut masuk nalar kita? Apakah janji yang mereka umbar tersebut bisa direalisasikan atau hanya sebagai gimmick belaka?
Jika tidak maka kekecewaanlah yang akan kita terima. Mau protes? Sudah terlambat, karena mereka sudah terpilih menjadi Kepala Daerah atau pun Kepala Negara. Dan tidak bisa diganggu gugat. Ada pun kita harus merasakan kekecewaan, penyesalan selama lima tahun ke depan. Karena pilihan kita tidak sesuai dengan harapan.
Sebentar lagi menjelang pemilihan presiden pada tahun 2019. Seperti juga dengan Pilkada DKI Jakarta, calon-calon presiden akan berkampanye dengan menawarkan janji-janji dan program-program kerja mereka. Untuk kali ini, cukup hanya Jakarta saja kita dibohongi dengan janji-janji kampanye. Pada Pilpres nanti, jangan sampai kejadian seperti Jakarta ini terulang kembali. Kita harus dengan jeli meneliti dan mencerna apa yang mereka janjikan. Apakah janji-janji tersebut masuk akal? Bisa dikerjakan, tidak bertentangan dengan Undang-Undang? Ataukah janji tersebut hanya untuk menarik massa. Kalau semuanya tidak masuk akal kita, maka jangan pilih calon presiden tersebut, meski dirinya adalah seiman dengan kita. Karena masa depan kita ditentukan oleh pilihan kita hari ini. Salah pilih, maka akan sengsara lima tahun kemuka.
Pilpres nanti, mungkin akan kembali ada calon presiden yang menjual agama, melakukan provokasi SARA demi untuk menguasai Indonesia. Tetapi kita sebagai warga negara haruslah cerdas dalam memilah, kalau tidak, maka kita akan kembali menjadi yang terjajah. Menjual agama memang menjadi fenomena sekarang ini, tidak apa melecehkan agama asal bisa berkuasa dan orang-orang bisa menerimanya. Kalau pemimpin demikian yang kita pilih, maka mereka hanya akan mementingkan dirinya sendiri dan mengembalikan modal yang telah dikeluarkan semasa pemilihan. Mereka tak kan memikirkan nasib para warga yang telah memilihnya. Baginya jika berkuasa, hanya untuk kepentingan dirinya semata.
Kita jangan jadi bodoh dan mau dibodohi lagi. Cukup satu saja pelajaran yang kita terima dan jangan lagi mengulangi kebodohan yang ada. Sedang keledai pun tak akan pernah jatuh pada lubang yang sama, kenapa kita sebagai manusia harus mengulangi kebodohan kita?
Jangan pilih calon-calon yang hanya bisa mengumbar janji tetapi tidak bisa ditepati atau pun tidak masuk akal untuk direalisasikan. Tetapi pilihlah calon yang telah terbukti mengabdi kepada bangsa dan negeri. Dan dari dialah kita akan menemukan harapan Indonesia akan tetap maju dan mandiri. Bukan mereka yang hanya bisa bikin janji-janji yang akhirnya hanya mementingkan diri sendiri.
Bodoh cukup sekali, dan jangan terulang lagi. Kalau sampai terjadi, kita lebih bodoh dari seekor keledai yang tak akan jatuh pada lubang itu lagi.
Sumber
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Write komentar