Kamis, 09 November 2017
Membuka Pemikiran Sempit Fadli Zon Dan Pigai Terhadap Pernikahan Putri Jokowi
Berita Dunia Jitu - Siapa di antara Anda yang menganggap pernikahan itu suatu yang biasa saja? Siapa di antara Anda yang tidak menjadikan momentum pernikahan sebagai momentum terindah dalam hidup? Kecuali pernikahan paksa, tidak ada.
Karena istimewanya, semua orang ingin pernikahan anaknya atau saudaranya dilaksanakan secara sangat meriah-melebihi kemeriahan apa pun dalam hidup, sangat heboh-melebihi hebohnya pesta mana pun di dunia ini, sangat hebat-kalau bisa lampaui kehebatan pernikahan yang pernah ada. Tentu selagi mampu mewujudkannya.
Anda tahu, ketika kekuasaan (kepresidenan) ada di tangan adalah waktu yang sangat tepat dan sangat pantas untuk mewujudkan itu. Tepat, karena memang negara akan ikut ambil bagian dalam kebahagiaan itu sebagai penghargaan akan jasanya terhadap negara. Pantas, karena kalau bukan presiden siapa lagi yang mampu. Masakan presiden menikahkan anaknya dengan cara yang sangat sederhana layaknya sunatan? Malu dong kita sebagai rakyatnya.
Tetapi apa yang terjadi dengan Jokowi? Beliau melaksanakan pernikahan di kampung halamannya, Solo, Jawa Tengah. Tidak menggunakan fasilitas negara, padahal hal itu dibolehkan. Menggunakan bagian dari bisnis anaknya sendiri. Sementara beberapa presiden sebelumnya menikahkan anaknya di istana negara dan menggunakan fasilitas negara. Sah sah saja. Tidak ada yang aneh pun nyinyir.
Kenapa Jokowi menikahkan anaknya di kampung halaman. Pertama, mencintai kampung halaman. Tidak ada tempat paling indah selain kampung halaman. Mungkin Anda sudah pelesiran ke penjuru dunia untuk menikmati keindahannya, mungkin Anda sudah mengunjungi tempat paling indah di dunia menurut banyak orang, dan mungkin tidak ada lagi tempat pelesiran yang tersisa di dunia ini untuk Anda kunjungi, tetapi Anda pasti merindukan kampung halaman. Yah kampung halaman adalah tempat terindah, sebab di sana sejarah hidup kita terukir untuk pertama kalinya. Dan Jokowi sangat memahami itu.
Kedua, mencintai dan menghargai budayanya sendiri. Aneh kan menggunakan acara adat Jawa secara penuh di tengah Istana negara. Sudah sepantasnya adat kita sendiri kita laksanakan di kampung di mana adat itu kita kenal dengan sangat baik. Bisa saja dilakukan di tempat lain, tetapi akan terasa ada sesuatu yang kurang.
Ketiga, tidak mengambil kesempatan sekalipun terbuka lebar. Menurut aturan, kesempatan melaksanakan pernikahan anak presiden sendiri di istana, tidak melanggar. Artinya kesempatan itu sangat terbuka bagi Jokowi. Tetapi dia tidak ingin mengambil kesempatan itu, karena memang dia tidak terlalu membutuhkannya.
Nyinyiran Fadli Zon dan Pigai dan sesat pikirnya
Entah setan dari mana yang merasuki si Fadli dan Pigai ini? Apa pun yang Jokowi kerjakan selalu saja dinyinyirin, dikomentari secara negatif. Padahal yang habis bukan uangnya, bukan pula uang negara. Jadi tidak ada alasan untuk mengkritik Jokowi.
Apalagi menghubungkan dengan keadaan negara yang sedang sulit ekonominya. Entah apa hubungannya. Jokowi kan menikahkan putrinya, bukan sedang membakar sekolah atau menjual narkoba seperti kader Gerindra. Jokowi sedang menyuguhkan keunikan dan keindahan budaya Jawa, bukan sedang menunjukka budaya Amerika ala ‘anak’ Fadli. Jokowi sedang mengajari rakyat tentang makna pernikahan yang sangat luhur, bukan sedang mempertontonkan perceraian seperti Prabowo. Ups…..
Dulu katanya nggak boleh ngundang pejabat lebih dari 400. Ada katanya dulu revolusi mental, bikin pesta kecil-kecilan saja. Kalau sekarang itu kayak lebih, gitu loh.”
Kita ketawa dulu. Hahahaha…… Emank daya tankap otak orang ini sudah mulai melemah dan cara berpikirnya sudah mulai ngawur. Mungkin tentang surat edaran Kemenpan RB yang mau dikatakan Fadli. Dan saya lebih memilih sependapat dengan mantan Kemenpan RB bahwa yang dimaksud dalam surat edaran itu adalah rasa keadilan. Justru ketika Jokowi tidak memberikan kesempatan kepada seluruh jajarannya, dan rakyat di sekitarnya, bergembira bersamanya akan menjadi sangat eksklusif sementara dilakukan di lingkungan mereka. Saya kira, rakyat pun tidak akan komplain tuh, malah senang, kecuali kaum datarian, cabulers, dan nyinyirers seperti Fadli dan Pigai.
“Sunah itu kan syiarnya memberi tahu orang bahwa kita sudah ada menikah. Supaya, kalau anak kita nanti jalan berdua sama orang gitu kan (dikatain) bukan muhrim, kita bilang dia udah nikah, nggak apa-apa dia jalan.”
Lihat ini proh… Lebih lucu lagi. Fadli Zon mau mengingatkan Jokowi soal religiusitas. Padahal pemahamannya soal nikah hanya sedangkal itu. Mungkin dia teringat dengan putrinya yang tampak buka-bukaan di media sosial. Ah pantasan dengan mudahnya Prabowo cerai kali yach….
Makna pernikahan itu bukan hanya soal pemberitaan. Kalau hanya sebatas itu, gak usah undang orang juga bisa. Tetapi pernikahan itu mengandung makna mendalam. Ada tiga unsur nilai di sana, yaitu nilai religius, budaya, dan hukum. Dari segi religius, pernikahan adalah persatuan cinta manusia yang diprakarsai dan dipersatukan oleh Allah melalui upacara keagamaan. Dari segi budaya, pernikahan adalah persatuan dua keluarga yang harus dilakukan dengan upacara adat. Dari segi hukum, perkawinan merupakan perjanjian. Yang jelas bukan sedangkal yang dimaksudkan Fadli. Tapi yah begitulah kalau sudah dasarnya pikiran busuk, sebaik apa pun orangnya akan dipandang busuk.
Soal Pigai, mungkin belum move on dari kecemburuannya terhadap seorang Jokowi yang mampu membangun Papua padahal dirinya tidak. Kasihan loe Pig….
Menurut Pigai, Jokowi melakukan ingkar dan menabrak aturan dan komitmen pemerintah, serta berperilaku hedonis. Dua hal pertama saya kira sama dengan pendapat Fadli maksudnya. Hanya saja beda pengungkapan.
Tuduhan terhadap Jokowi yang bersikap hedonis ini termasuk penghinaan terhadap budaya Jawa. Jika apa yang dilakukan Jokowi adalah sikap hedonis berarti adat Jawa itu hedonis donk. Jadi Pigai harus hati-hati mengeluarkan pendapat. Semeriah apa pun upacara pernikahan suatu budaya adalah ekspresi batin kolektif mereka terhadap pernikahan bukan untuk berfoya-foya. Setiap budaya itu punya kekhasannya sendiri-sendiri. Ingat itu!
Syukurlah masyarakat menanggapi nyinyiran Fadli dan Pigai serta yang lainnya secara berbeda. Ini menandakan masyarakat lebih bijak dari seorang anggota DPR dan Komisioner Komnas HAM. Menurut saya, tidak ada salahnya seorang presiden melaksanakan pernikahan anak-anaknya secara meriah. Apalagi kalau menggunakan uangnya sendiri. Lain hal, kalau Presiden Jokowi melaksanakan pernikahan putrinya dengan cara berlebihan seperti pesta pora penuh maksiat, semua orang juga akan menghujat. Jokowi itu loh melaksanakan pernikahan putrinya dari duitnya sendiri secara adat Jawa yang penuh, yang memang sudah dari sononya meriah seperti itu.
Sumber
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Write komentar