Jumat, 27 Oktober 2017

Revolusi Putih, Bancakan APBD Ala Prabowo

Revolusi Putih, Bancakan APBD Ala Prabowo

Berita Dunia Jitu - Jargon-jargon yang dibawa Prabowo Subianto atau Gerindra, selalu bombastis. Masih ingat dengan slogan, kembali ke UUD yang asli? Sekilas memang terlihat gagah, padahal isinya bodong. Slogan itu ingin mengembalikan kita ke jaman Orde Baru. Di sana tidak ada pemilihan langsung, mandat penunjukan presiden ditentukan oleh segelintir orang di DPR. Tujuannya jelas, biar orang-orang kotor itu bisa leluasa bermain.

UUD 45 dibuat dengan tergesa. Para pendiri bangsa menyadari kekurangannya, termasuk pakar hukum saat itu, Soepomo. Karena itulah dilakukan amandemen untuk menyempurnakannya. Namun demi Politik, Prabowo melupakan fakta ini. Ambisi telah menutupi akal sehat. Jika berkuasa, barangkali ia ingin kekuasaan itu kekal di pihaknya.

Prabowo selalu berusaha mencari muka dengan cara klise. Dengan usia yang tak lagi muda, satu-satunya yang bisa dia jual adalah fantasi kegarangan. Ingin terlihat macho, penuh gebrakan, visioner. Ia selalu ingin tampil di depan, seperti ketika pelantikan gubernur Jakarta. Publik bertanya-tanya, dia di sana mewakili apa?

Kemenangan di Jakarta sebenarnya buah karya PKS dengan perang masjidnya, tidak lupa juga peran penting Eep Syaifullah, tapi hari ini Gerindra agaknya yang punya porsi lebih besar. Mereka terus muncul di depan, menegaskan dominasi. Tidak hanya politikus coro, bahkan pucuk pimpinan Gerindra ikut usil ngurus "bagian". Hashim Djojohadikusumo adalah representasi paling nyata campur tangan Prabowo di DKI Jakarta. Ia membawa imajinasi presiden kecil kakaknya. Dari Jakarta, agaknya Prabowo ingin memulai awal baru dari dua kali kegagalan sebelumnya.

Ambisi itu bisa mengutip Neil Armstrong, dengan sedikit perubahan. That's one small step for (a) man, one giant leap for mankind. Sebuah langkah kecil bagi kegubernuran, satu lompatan besar untuk kepresidenan.

Revolusi Putih adalah jargon terbaru Prabowo. Terinspirasi dari kambing-kambing di peternakannya, ia ingin anak-anak sekolah menyusu. Tentunya ini ide yang baik. Akan lebih baik kalau itu merogoh kantong pribadinya. Namun jargon susu untuk siswa itu hanyalah akal-akalan proyek saja. Ujung-ujungnya bancakan APBD. Oleh karena itu Hashimlah yang diutus ke balaikota untuk merealisasikan bisnis keluarga itu. Yang dengan melihat wajahnya saja bisa ditebak ia seorang bisnisman tulen.

Revolusi Putih adalah omong kosong bisnis. Maka Menteri Kesehatan, Nila Moeloek langsung menyambar, susu bukan pilihan terbaik. Ada beberapa alasan, pertama soal gizi, kedua soal ketersediaan, ketiga hanya menguntungkan pengusaha besar saja. Usulan Susi Pujiastuti yang diamini Menteri Kesehatan jauh lebih pas. Jika ingin menambah gizi anak sekolah, mestinya suplai ikan yang diberikan. Negara kita memiliki jumlah ikan yang cukup. Itu juga akan membantu nelayan tradisional.

Ide awang-uwung Prabowo memang hanya ide politik. Tidak disertai penelitian lapangan dan kepentingan tulus. Semata soal bisnis dan demi memuncratkan libido kekuasaan yang dipendamnya sekian puluh tahun. Ia berlagak memahami rakyat dan terus berfantasi sebagai presiden. Maka melalui Anies-Sandiaga Uno (A-SU), ia merealisasikan cita-cita kepresidenannya di Jakarta. Jangan membayangkan, proyek itu akan berhasil. Karena semua hanya akal-akalan saja.

Publik mungkin tidak tahu kenapa susu yang dijadikan jargon, apakah karena Prabowo memang perduli anak-anak? Itu semua karena salah satu perusahaan bernama PT. Susu Nusantara di bawah kendalinya. Di sana, Fadli Zon menjadi komisaris. Jadi ini tidak ada urusan dengan gizi siswa sekolah. Buang jauh-jauh imajinasi tentang negarawan yang peduli generasi penerus itu. Ini bisnis besar. Upaya untuk menghabiskan APBD DKI Jakarta dengan cara culas, tapi dianggap legal.

Jaman kegelapan baru dimulai. Sekelompok penyamun menyandera Jakarta. Di depan khalayak mereka pandai ngomong ayat, kalimah hikmah, pamer kesantunan, tapi di belakang rakus merampok. Orang-orang dungu menganggap mereka layaknya dewa. Sibuk menjilat dan membersihkan nama naik dewanya. Tak perduli lagi akal sehat dan rasa malu.

Sebenarnya ini juga kabar baik, agar khalayak sadar. Orang-orang busuk di balik rekayasa Revolusi Putih itu adalah nama-nama yang harus diingat kuat-kuat sebagai penyamun. Jangan menyerahkan urusan yang lebih besar kepada mereka. Cukup rakyat Jakarta yang harus menerima kutukan ini. Menjadi orang-orang apes yang dibohongi untuk masa lima tahun lamanya. Revolusi Putih murni pembodohan berjamaah, aksi bancakan APBD DKI Jakarta yang diinisiasi oleh calon abadi presiden Indonesia. Alasannya demi Indonesia 10-15 tahun mendatang, demi anak-anak generasi masa depan.

Sumber

Tidak ada komentar:
Write komentar