Ini merupakan ‘kebetulan’ yang luar biasa. Novel Baswedan mendapatkan serangan teror, saksi kunci kasus E-KTP tiba-tiba meninggal diduga karena bunuh diri. Kebetulan-kebetulan ini sangatlah mencurigakan. Apakah Marliem murni bunuh diri atau…?
Jeratan E-KTP Hingga Negeri Paman Sam
“Sudah kemarin (dapat kabar Johannes Marliem meninggal dunia), kita juga sedang cari kepastian,” ucap Agus, Ketua KPK.
“Dapat informasi bahwa benar yang bersangkutan Johannes Marliem sudah meninggal dunia,” kata Juru Bicara KPK Febri Diansyah
Berdasarkan wawancara dengan Majalah Tempo, Johannes Marliem disebut memiliki rekaman pertemuan dengan para perancang proyek e-KTP yang juga turut dihadiri oleh Ketua DPR RI.
Johannes Marliem juga pernah dijadwalkan KPK untuk dihadirkan sebagai saksi dalam sidang e-KTP dengan terdakwa mantan pejabat Kementerian Dalam Negeri Irman dan Sugiharto.
Namun, hingga sidang vonis, Johannes Marliem tidak pernah datang untuk memberikan keterangan di pengadilan. Memang agak sulit bagi aparat di Indonesia untuk menghadirkan beliau. Kalau sudah pergi keluar negeri, opsi polisi menjadi sangat terbatas.
Kejadian bunuh diri ini juga memiliki banyak kejanggalan. Awal mula kejadian dilansir oleh CBS Los Angeles. Ada seorang pria bersenjata yang membarikade dirinya sendiri di dalam sebuah rumah di Beverly Grove.
Peristiwa itu awalnya dari laporan telepon ke FBI yang kemungkinan diteruskan LAPD (Los Angeles Police Department) pada Rabu (9/8) malam. Para petugas yang tiba di lokasi menduga ada seorang anak kecil dan seorang wanita di dalam rumah bersama seorang pria.
Para petugas pun melakukan negosiasi. Pada akhirnya, wanita dan anak kecil itu dibawa keluar oleh laki-laki itu sekitar pukul 07.30 malam. Sementara, laki-laki itu ditemukan tewas di dalam rumah sekitar 02.00, Kamis (10/8) dini hari.
Akhirnya identitas laki-laki itu diketahui adalah Johannes Marliem. Kabar tersebut mengonfirmasi postingan di Instagram dari dengan akun mir_at_lgc. Dia menyampaikan belasungkawa atas meninggalnya Marliem.
Dari berita diatas bisa terlihat bahwa ada kejanggalan yang sangat mencolok. Kenapa Marliem sampai membarikade dirinya sendiri dengan senjata api? Apakah ada ‘sesuatu’ yang mengancam keselamatan dirinya atau keluarganya?
Apakah dirinya takut dengan ‘sesuatu’ hingga memutuskan untuk menembak dirinya sendiri? Kalau dia meninggal maka keluarganya tidak akan ditarget apapun lagi. Toh mulutnya tidak bisa ngomong apa-apa lagi.
Marliem sendiri merupakan provider produk Automated Finger Print Identification Sistem (AFIS) merek L-1 yang akan digunakan dalam proyek e-KTP. Jadi dirinya berada sangat dekat dalam pusaran korupsi E-KTP.
Dirinya pasti mengetahui seluk beluk dari kasus korupsi ini. Banyak pihak yang bakal kepanasan bila Marliem memutuskan untuk berani bernyanyi dan membuka segala kekotoran dalam proyek E-KTP. Apakah hal ini yang menyebabkan kematiannya?
Penjelasan bunuh diri juga tidak menjelaskan apapun. Tidak akan ada orang yang bunuh diri tanpa alasan yang jelas. Sayangnya kepolisian Indonesia tidak punya hak untuk menginvestigasi kasus ini di Amerika. Kita hanya bisa berharap dari laporan kepolisian dari sana.
Kasus ini bisa saja hanya merupakan kebetulan belaka. Kemungkinanya masih ada. Namun lebih besar kemungkinan bahwa ‘bunuh diri’ Marliem berhubungan dengan kasus E-KTP. Mungkin saja dia depresi karena terjerat kasus ini. Atau…. ada ‘sesuatu’ yang cengkramannya bahkan bisa sampai ke Amerika.
Para anggota KPK dan Kepolisian harus berhati-hati dalam menyikapi kasus ini. Jangan sampai ada ‘bunuh diri-bunuh diri’ lain yang bermunculan. Kita harap saja kasus E-KTP segera mencapai titik temu. Jangan sampai ada korban lain yang berjatuhan.
Sumber
Tidak ada komentar:
Write komentar