Selasa, 08 Agustus 2017
Pak Ahok Memang Lebih Bagus Tidak Hadir
Berita Dunia Jitu - Persidangan Buni Yani, akan digelar di Gedung Arsip Bandung, Jawa Barat hari Selasa tanggal 8 Agustus 2017. Buni Yani didakwa atas penghasutan SARA dengan mengedit rekaman pidato Ahok di Kepulauan Seribu. Persidangan ini rencananya akan menghadirkan Basuki Thahaja Purnama atau Ahok sebagai saksi.
Menurut Jaksa Andi M Taufik Kejaksaan telah mengupayakan kehadiran Ahok dan telah menyurati Mako Brimob. Polisi juga menyatakan siap mengawal Ahok jika ia ingin hadir bersaksi. Namun ternyata Ahok tidak bersedia hadir dalam persidangan tersebut.
Bagi yang bersimpati pada Ahok dan ingin melihatnya pasti berharap Ahok akan hadir. Rindu pastinya. Memang dari awal banyak yang meragukan mantan Gubernur DKI ini bakal hadir. Tidak ada kehebohan di antara simpatisan Ahok.
Sekarang di negeri ini jamannya pelintir memelintir. Tidak hanya ucapan, foto saja ‘dipelintir’. Ahok belum hadir saja kabar hoax sudah beredar di media-media sosial. Ada yang mengunggah foto mirip Ahok di media sosial sedang berenang di pantai serta mengatakan kalau Ahok tidak berada di dalam penjara Mako Brimob.
Seperti tak puas-puasnya memfitnah, ada lagi yang unggah foto Ahok sedang hadir dalam acara DPP Partai Hanura. Foto yang ini memang benar Ahok, tapi kejadiannya sebelum Ahok dipenjara. Sebelum inipun ada juga yang membuat isu kalau Ahok diperlakukan istimewa dan dijamu di penjara.
Bisa dibayangkan kalau Ahok hadir dalam persidangan Buni Yani. Ahok tidak bicara saja difitnah, apalagi dia bicara. Para pemfitnah pasti sudah menyiapkan 1001 fitnahan.
Sangkin bencinya jangan-jangan lirikan Ahokpun dibilang meremehkan umat. Mungkin mereka lebih tidak sabar menanti kehadiran Ahok dari pada pendukung Ahok sendiri. Seperti burung pemakan bangkai yang ramai-ramai berkerumun menunggu mangsanya mati.
Menurut Tim Pengacara Ahok I Wayan Sudirta Ahok juga tidak perlu hadir karena 2 alasan. Pertama karena lokasi persidangan yang jauh dari tempat Ahok ditahan, sesuai pasal 116. Alasan kedua karena cukup dibacakan saja Berita Acara Pemeriksaannya (BAP), sesuai pasal 162.
Mungkin memang lebih baik begitu. Dari pada nanti ada yang main plintir-plintiran lagi. Nanti ada yang bilang “pernyataan Ahok di persidangan sungguh menghina” atau “Ahok sungguh terlalu” dengan gaya bang Rhoma.
Hati yang busuk memang selalu mengeluarkan ucapan yang buruk.
Ujaran kebencian, penghinaan, fitnah, hoax atau kebohongan terus bergentayangan di dunia maya. Tujuannya cuma satu, bagaimana negara ini rusuh.
Presiden Jokowi juga terus menjadi target penghasutan. Untungnya masih banyak masyarakat yang waras yang tidak gampang termakan hasutan.
Tuhan masih sayang sama negeri ini. Salah satu buktinya adalah mereka yang gemar menghasut tidak lebih pintar dari yang dihasut. Hoax atau berita palsu yang disebarkan selalu bisa dibuktikan kebohongannya.
Kalau kita melihat akun-akun media sosial yang suka menebarkan kebencian ataupun hoax yang memberi komentar dan dukungan adalah orang-orang yang serupa juga, 90% akun bodong alias tak jelas pemiliknya, ya dia-dia juga. 10% lagi orang yang kebetulan ‘lewat’ sekedar memberi bantahan tapi tidak mau berdebat karena merasa tidak levelnya. Didebat juga jawabannya kacangan kalau gak ‘ngeles’.
Isu yang dihembuskan selalu itu-itu saja, penistaan agama atau komunis. Sedikit-sedikit bilangnya menghina umat.
Mungkin memang belum waktunya Ahok tampil di depan umum. Sambil menunggu masyarakat lebih dewasa agar tak gampang terhasut Ahok juga ‘bertapa’ dalam pemahaman akan rencana Tuhan dalam hidupnya.
Sulit memang menjadi pejabat jujur di negeri ini. Tapi secara tidak sadar keadaan perlahan berubah. Belum pernah ada Gubernur seperti Ahok. Melawan ketidakadilan dan berjuang untuk kepentingan orang banyak sekalipun harga yang dibayarnya sangat mahal.
Untuk menjatuhkan seorang Ahok harus dipakai isu SARA. Omongannya dipelintir dan Ahok divonis bersalah.
Jokowi juga menjadi target. Karena mereka merasa berhasil menjatuhkan Ahok mereka mencoba ke Jokowi. Tapi Jokowi menghimpun tokoh-tokoh agama yang masih cinta NKRI, yang tidak ingin negara ini kacau balau.
Begitu para tokoh agama merapatkan barisan dan didukung rakyat yang waras, makin kelihatan jurang pemisah antara mana yang ingin negeri ini kacau dan mana yang ingin negeri ini maju.
Istilahnya, penghasut-penghasut seperti itu jangan dikasih kendor.
Sumber
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Write komentar