Sabtu, 12 Agustus 2017

Kalau Politisi Mau Kaya Jadi Pengusaha, Jadi Politisi Teladanilah Ahok

Kalau Politisi Mau Kaya Jadi Pengusaha, Jadi Politisi Teladanilah Ahok

Berita Dunia Jitu - Benar kata pepatah yang mengatakan Gajah mati meninggalkan gadingnya, Harimau mati meninggalkan belangnya, dan manusia mati meninggalkan namanya. Siapapun kita manusia, apapun yang kita tinggalkan, kita akan meninggalkan nama kita untuk dikenang.

Kalau kita berbuat baik di kantor tempat kita berkerja, maka kita akan disebuat dengan sebuah nama yang baik, tetapi jika kita berlaku buruk, maka kita akan dikenang dengan nama yang buruk. Itu sudah hukum alam dan tidak ada yang bisa membantahnya.

Presiden Soeharto adalah contoh besarnya. Dia memang membnagun, tetapi dalam membangunnya tersebut, banyak sekali uang negara yang diselewengkan. Bahkan di masa akhirnya dilengserkan dan disebut sebagai seorang diktator dan rejim paling korup karena 32 tahun memimpin.

Sampai kapanpun nama Soeharto menjadi buruk begitu juga anak-anaknya. Anak-anak Soeharto menjadi sangat sulit punya nama di perpolitikan Indonesia. Mereka langsung tersandung oleh nama buruk ayahnya. Bagaimana pun penejelasan masuk akalnya, anak-anak Soeharto sudah mati peluangnya menjadi pemimpin di negeri ini.

kalau pun ada yang masih jadi anggota legislatif, hanya Titiek Soeharto saja yang tersisa. Itu pun lolosnya tertatih-tatih. Hal yang sama menurut saya juga berlaku bagi SBY. Jika Soeharto dikenal paling korup, maka SBY dikenal paling mangkrak. SBY bisa dikatakan adalah Presiden menjabat paling lama ketiga atau yang menjabat jadi Presiden pertama di era reformasi, tetapi hasilnya nihil.

Padahal katanya SBY meninggalkan postur APBN yang besar untuk digunakan dalam pemerintahan Jokowi. Tetapi apa gunanya kalau ternyata dalam masa pemerintahannya yang dikenal adalah kemangkrakannya. Namanya pun semakin buruk karena disebut-sebut memaksa anaknya keluar dari militer demi memenuhi ambisi politiknya. Anak-anaknya pun saya yakini hanya sampai pada level capres.

Nama baik dan buruk tidak begitu saja bisa dilupakan. Sama seperti nama buruk, nama baik juga sangat sulit untuk dilupakan. Tidak ada seorang pun sanggup melupakan kebaikan seseorang meski itu tidak meninggalakan sebuah monumen, apalagi kalau ada monumennya, semakin susah dilupakan.

Salah satunya adalah mantan Gubernur DKI, Basuki Tjahaya Purnama (Ahok). Ahok sangatlah sulit untuk dilupakan nama baiknya. Sulit dilupakan teladannya dan juga karyanya. Hanya bagi kaum onta saja Ahok dikenal sebagai penista agama, yang lain menganggap Ahok adalah pahlawan rakyat kecil.

Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayatpun tidak bisa melupakan bagaimana teladan Ahok sebagai seorang Gubernur dan politisi. Bahkan dalam sambutannya di acara penyerahan penghargaan ke sekolah dengan nilai UNBK tertinggi di Yayasan Bunda Tzu Chi, Jalan Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara, Sabtu (12/8/2017)., Djarot kembali menyinggung Ahok.


“Kita harusnya bersyukur dengan take home pay yang tinggi dan gaji yang cukup, kalau masih kurang saja jangan jadi guru, jadi pengusaha saja. Kalau Anda pengen kaya jadi pengusaha saja, kaya secara material,” kata Djarot dalam sambutannya di acara penyerahan penghargaan ke sekolah dengan nilai UNBK tertinggi di Yayasan Bunda Tzu Chi, Jalan Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara, Sabtu (12/8/2017).

“Politisi kalau mau kaya jangan jadi politisi, jadi pengusaha. Contoh mohon maaf, Pak Ahok itu politisi dan saya bangga Pak Ahok dipenjara bukan karena korupsi, saya bukanya bela, tapi lihat hasilnya,” tutur Djarot.

Ya, Djarot wajar saja tidak akan bisa melupakan Ahok yang menjadi rekan kerjanya selama lebih dari 2 tahun memimpin Jakarta. Djarot melihat dan menyaksikan sendiri bagaimana tulus dan kerasnya Ahok berkerja bagi warga Jakarta. Bahkan tidak pernah sedikit pun berusaha mengambil keuntungan dari jabatannya.

Dari Ahoklah Djarot belajar bagaimana menjadi seorang politisi sebaiknya. Politisi yang tidak punya ambisi menjadi kaya, tetapi politisi yang berkerja dan meninggalkan karya. Dan Ahok akan selalu dan hanya selalu diingat karena karya-karyanya dan peristiwa dikriminalisasi oleh lawan-lawan politiknya dalam kasus penistaan agama.

Begitulah kalau kita berkerja dengan tulus, orang mengingatnya dan bahkan menjadikan kita sebuah contoh bagaimana seharusnya mengerjakan sebuah profesi. Memang tidak selamanya kita mendapatkan kekayaan, tetapi pastinya kita akan mendapatkan kemuliaan dan nama yang harum.

Sebuah nilai hidup yang tidak akan bisa dibayar dengan uang miliaran maupun triliunan. Karena itulah, sampai kapanpun saya akan menyebutkan hal yang sama seperti Djarot. Kalau mau jadi politisi teladanilah Ahok. Dipenjara bukan karena korupsi, tetapi dikriminalisasi.

Sumber

Tidak ada komentar:
Write komentar