Berita Dunia Jitu - Dulu sewaktu Ahok masih baru menjabat, dia terkenal keras dan galak. Sudah tak terhitung berapa banyak orang yang dimarahinya. Selain marah-marah, Ahok juga suka menggebrak meja. Siapa pun pasti gentar kalau sudah berhadapan dengan Ahok, terutama mereka yang kerjanya tidak becus. Disiplin dan ketegasannya membuat banyak orang tak nyaman. Siap-siap kena depak kalau malas-malasan.
Akan tetapi seiring berlalunya waktu, temperamentalnya mulai melunak sedikit dan kemudian berubah drastis kala kasus Al Maidah menjadi panas. Sadar bahwa ucapannya digoreng sedemikian rupa dalam bentuk demo berjilid-jilid, Ahok lebih irit bicara tapi tetap tegas dalam bertindak. Ahok tidak lagi marah-marah dan gebrak meja seperti dulu.
Dan ketika Ahok akhirnya diputus bersalah dan harus mendekam di penjara selama 2 tahun, kabarnya dia mengalami transformasi yang drastis, lebih irit bicara dan lebih banyak mendengar. Ahok lebih terlihat seperti pendengar dan pemikir ketimbang banyak omong. Memang benar biasanya sebuah peristiwa besar akan mengubah seseorang secara drastis, seperti yang terjadi pada Ahok.
Berbicara tentang kasus yang menimpa Ahok, tentu tak bisa dipisahkan dengan video yang menjadi viral. Video tersebut diunggah oleh seorang bernama Buni Yani meski dia seringkali mengatakan kasus Ahok tak ada kaitannya dengannya. Sekarang dia sedang menjalani sidang yang saya sendiri sudah lupa ke berapa kalinya. Saya tak hitung.
Pada persidangan tadi, ternyata ada satu pemandangan yang tak biasa. Maksudnya bukan ada pemandangan gunung atau pantai yang ada cewe bulenya. Maksudnya adalah Buni Yani mengamuk di ruang sidang. Buni Yani marah dan memukulkan buku di hadapan majelis hakim. Pemandangan yang tidak biasa bukan? Seharusnya Ahok yang begitu, tapi kali ini Buni Yani pun meluapkan kekesalannya.
Saya tak tahu apa maksud Buni Yani yang mengatakan tim jaksa penuntut umum telah menuduhnya. Saya tak tahu apa tepatnya tuduhan tersebut. Jaksa pun tak tinggap diam dan ikut membalas. “Anda jangan marah-marah. Izin yang mulia, saya ingin mengonfirmasi kepada saksi apakah mengetahui apa isi video yang berdurasi pendek dan yang panjang,” kata jaksa Ahmad Taufik. Saya juga tak tahu mengapa Buni Yani marah dengan pertanyaan jaksa.
Perang mulut ini akhirnya membuat suasana persidangan semakin gaduh, hingga majelis hakim meminta saksi meninggalkan ruang sidang. Saya paham apa yang dirasakan Buni Yani. Semenjak dituding sebagai biang kerok oleh para netizen dan masyarakat, hidup Buni Yani sudah tidak tenang. Bahkan kabarnya sempat bersembunyi karena mengalami teror.
Tapi mau bagaimana lagi, ini adalah tanggung jawab yang harus dipikulnya karena tindakannya sendiri. Buni Yani terus mengaku kalau dia tak pernah memotong video tersebut. Tapi biarlah itu urusan jaksa dan hakim yang memutuskan. Logika gampangnya, seandainya dia tidak mengunggah video tersebut, Buni Yani pasti sekarang masih menjadi dosen dan menjalani hidup normal. Setuju?
Dan sekarang dia memanen apa yang dituainya, terlepas dari bantahannya ataupun keputusan hakim nanti. Dari awal hingga sekarang, prosesnya begitu panjang. Wajar kalau Buni Yani lelah fisik dan mental, wajar kalau ngamuk. Tapi mau bagaimana lagi, ini juga karena perbuatannya sendiri kan? Mau gimana lagi? Kalau saja tidak upload video Ahok, dia takkan jadi begini.
Jadi kesimpulannya, mau tak mau harus terima kenyataan kalau Buni Yani sekarang sedang menjalani sidang. Nasibnya pun belum pasti. Nasibnya sekarang berada di tangan hakim. Memang kata ‘seandainya’ adalah kata yang useless karena mengartikan sesuatu yang terjadi sebaliknya.
Seandainya saya menikah dengan Raisa? Kenyataannya tidak, kan?
Seandainya Presiden sekarang bukan Jokowi, pasti bla bla bla. Kenyataannya sekarang Jokowi jadi presiden kan?
Seandainya Buni Yani tidak upload video itu, pasti dia tidak akan disidang dan ngamuk-ngamuk seperti tadi. Kenyataannya? Anda sudah lihat sendiri kan?
Sumber
Tidak ada komentar:
Write komentar