Senin, 21 Agustus 2017

Belajar Cinta Tanah Air Dari Mantan Teroris

Belajar Cinta Tanah Air Dari Mantan Teroris

Berita Dunia Jitu - Jika menyebut nama Hisyam bin Alizein, mungkin tidak banyak orang yang mengenalnya. Tapi ketika disebut nama Umar Patek, jangankan di Indonesia di dunia Internasional pun pasti sudah mengenal nama tersebut. Ya, siapa yang tak kenal nama yang satu ini, dia merupakan salah satu yang terlibat aksi bom Bali Pertama bersama Imam Samudra Cs.

Umar Patek disebut-sebut sebagai gembong teroris internasional jaringan Al-Qaeda. Dia ditangkap di Kota Abbotabad, Pakistan, pada 2011 lalu. Sebelumnya, dia sempat diburu oleh aparat keamanan dari empat negara. Sementara, Amerika serikat memburu Umar Patek lantaran dianggap sebagai salah satu teroris paling berbahaya.

Lain dulu, lain sekarang. Itu transformasi yang terjadi terhadap Umar Patek. Jika dulu dia sangat membenci Indonesia dan melakukan serangkaian aksi terorisme, jutru kini dia sangat mencintai Indonesia. “Saya sangat menyesal telah melakukan itu. Makanya, aksi ini harus kita hentikan,” ucapnya kepada media.

Umar Patek yang kini ditahan di Lapas Sidoarjo, Jawa Timur membuktikan kecintaannya terhadap Indonesia dengan menjadi petugas pengibar bendera di setiap detik-detik peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia. Setidaknya sudah empat tahun berturut-turut dia menjadi petugas pengibar bendera.

Inisiatif Sendiri

Baginya, menjadi bagian dari pengerek bendera merah putih bukanlah suatu hal yang dipaksakan, tetapi datang dari inisiatifnya sendiri. “Alhamdulillah, ini sudah keempat kalinya menjadi petugas pengibar bendera saat kemerdekaan RI. Saya sangat senang. Tidak ada paksaan dari petugas atau orang lain. Ini murni inisiatif sendiri,” tuturnya.

Kembali Umar Patek ke pangkuan Ibu Pertiwi bukan tanpa halangan. Banyak sindiran dan hujatan yang ditujukan kepadanya. Namun baginya hal itu dianggap biasa saja dan tidak menyurutkan langkahnya untuk kembali ke jalan yang benar. “Saya dilahirkan sebagai Hisyam oleh orangtua saya. Begitu juga yang tercatat di akte kelahiran saya. Saya ingin kembali sebagai Hisyam. Saya ingin kembali ke Indonesia,” ujarnya.

Dalam sebuah tayangan video yang beredar, digambarkan Umar Patek memasang pin burung Garuda di kopiah hitam yang akan digunakan dalam upacara bendera. Dalam narasinya dia mengatakan, dalam pemahamannya simbol Pancasila bukanlah berhala yang disembah sebegaimana yang dipahami oleh sebagian orang. “Tetapi merupakan simbol negara yang harus dihormati dan dijaga,” ujarnya.


Merdeka dari Aksi Terorisme

Sebagai mantan teroris yang paham betul bagaimana lika-liku aksi terorisme yang terjadi selama ini, Umar Patek mengatakan Indonesia harus benar-benar bisa merdeka dari aksi terorisme. “Kemerdekaan, harus kita syukuri. Kemerdekaan yang seperti apa, merdeka dari aksi terorisme,” tuturnya.

Cara merdeka dari aksi terorisme tidak hanya dengan menghentikan aksi terorisme. Tetapi, masyarakat juga diberi wawasan atau penyuluhan tentang bahaya gerakan radikalisme. Terutama para pemuda. Tak hanya itu, wawasan tentang pentingnya merangkul mantan terorisme yang sudah kembali kepada masyarakat.

Menurutnya, para pihak keamanan harus aktif dalam menghentikan aksi yang terorisme yang terus bermunculan. Insiden Bom Bali I telah cukup menghantarkan dirinya ke jalan yang salah. “Terkait Mantan teroris yang sudah kembali ke masyarakat, mereka jangan dikucilkan, harus kita rangkul bersama. Agar mereka tidak kembali kepada gerakan radikalisme yang sudah dilakukan sebelumnya,” katanya.

Tidak Beres di Kepalanya

Kembalinya Umar Patek mencintai tanah air, nampaknya sejalan dengan yang pernah diungkapkan oleh KH Ahmad Mustofa atau Gus Mus. Menurutnya, tanah air itu ibaratkan seperti rumah. Mencintai tanah air berarti mencintai rumah sendiri. Dahulu, pejuang kemerdekaan melawan penjajah, karena penjajah ingin merusak rumah yang bernama Indonesia.

“Kalau ada orang Indonesia tidak cinta kepada rumahnya, mau merusak rumahnya, saya rasa ada yang tidak beres di kepalanya. Semua orang Indonesia mestinya mencintai Indonesia,” ujar Gus Mus yang diungkapkan dalam acara Mata Najwa beberapa waktu silam.

Bukan tanpa alasan bagi Gus Mus mencintai Indonesia, karena Indonesia tempat bersujud, tempat merebahkan diri, tempat dilahirkan dan mungkin dimakamkannya nanti. Jadi, tidak ada alasan untuk tidak mencintai Indonesia.

Jadi Motivasi

Patut diapresiasi kembalinya Umar Patek mencintai Indonesia sebagai tanah airnya. Setidaknya hal ini bisa menjadi pijakan bagi para mantan teroris lainnya untuk benar-benar bisa kembali mencintai negeri ini. Tak perlu lagi merusak negeri ini dengan menjadikannya ajang aksi terorisme.

Umar Patek telah kembali. Semoga ini menjadi motivasi bagi anak negeri yang ingin merusak Indonesia dengan Pacasila sebagai dasar negera. Berpikirlah seribu kali bila berpikiran ingin merusak Indonesia.

Seperti yang dikatakan Gus Mus, ada yang tidak beres dikepalanya jika tidak mencintai tanah air. Jadi, masih mau ngeyel menghancurkan Indonesia? Segera periksa otak di kepala anda.

Sumber

Tidak ada komentar:
Write komentar