Berita Dunia Jitu - Perjuangan Bung Karno mewujudkan Indonesia merdeka telah dimulai sejak masih remaja. Saat itu Bung Karno ngekos di rumah H.O.S Cokroaminoto, tokoh pejuang dan pemimpin Sarikat Indonesia. Di sini Seokarno banyak bertemu dengan tokoh-tokoh besar seperti Semaoen (tokoh PKI), dan Kartosuwiryo (Dedengkot Darul Islam).
Bung Karno juga banyak melahap buku. Buku yang dia baca mulai dari buku pertanian sampai ke buku perjuangan. Selain itu, buku-buku kiri seperti das capital karangan Karl Marx tidak lepas dari perhatiannya. Bacaan ini yang menjadi salah satu pendorong Bung Karno berjuang untuk memerdekakan Indonesia.
Bung Karno berjuang tidak mengangkat senjata seperti pahlawan-pahlawan yang lain, tapi melalui jalur diplomasi, mendirikan organisasi dan partai politik serta pidato berapi-api untuk membakar semangat rakyat dalam mengusir penjajah.
Tidak jarang Bung Karno dipanggil oleh pemimpin atau petinggi penjajah dan memintanya untuk berhenti dari aktifitas politik. Namun Bung Karno tidak pernah menyerah akan hal ini. Pihak Belanda juga selalu memata-matainya karena dianggap berbahaya.
Selama berjuang Soekarno mengalami banyak hambatan dan siksaan. Keluar masuk penjara baginya sudah biasa. Yang paling terkenal yaitu saat Bung Karno menyampaikan pledoi berjudul Indonesia Menggugat. Pledoi ini berhasil menggetarkan segenap jiwa dan raga anak bangsa.
Bung Karno beberapa kali dibuang oleh penjajah untuk menghilangkan pengaruh dan menghentikan aktifitas politiknya. Tahun1938 -1943 Bung Karno diasingkan di Bengkulu. Masih terdapat jejaknya di Bengkulu yaitu rumah kediaman Bung Karno yang terletak di kelurahan Anggut Atas, kecamatan Ratu Samban, tidak jauh dari simpang lima, kota Bengkulu.
Bangunan ini berarsitektur unik, milik pedagang Tionghoa bernama Lion Bwe Seng yang disewa oleh penjajah Belanda untuk kediaman Bung Karno selama diasingkan di Bengkulu. Kondisinya masih bagus dan terawat. Apalagi ada petugas khusus yang menjaga kebersihan dan keasriannya.
Memasuki rumah kediaman Bung Karno pengunjung akan melihat beberapa benda peninggalan Soekarno seperti, sepeda ontel, foto-foto, tempat tidur, kursi dan meja kayu yang biasa digunakan Bung Karno untuk rapat serta ratusan judul buku. Banyaknya koleksi buku ini menunjukkan bahwa Bung Karno gila baca alias kutu buku.
Pengasingan Bung Karno di Bengkulu tidak hanya duka baginya, tapi juga menjadi bahagia. Bung Karno menemukan gadis Bengkulu yang cantik jelita, hingga jatuh cinta pada pandangan pertama. Dara Bengkulu yang berhasil menaklukkan hati Bung Karno hingga kelepek-kelek adalah Fatmawati.
Saat itu tidak hanya Bung Karno saja yang menaruh hati pada Fatmawati, tenyata Fatmawati juga mencintai Bung Karno. Hingga akhirnya kedua sejoli yang dimabuk kepahiang ini resmi menikah pada tanggal 1 Juni 1943. Pernikahan dilangsungkan dengan jarak jauh, karena saat pernikahan Soekarno sedang berada di Jakarta.
Setelah resmi menjadi istri Soekarno Fatmawati banyak mendampingi Bung Karno berjuang mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Suka duka dirasakan bersama orang pertama yang paling berkuasa di Indonesia. Dan Fatmawati lah yang dikenal sebagai ibu negara. Karena sebelumnya Soekarno telah memiliki beberapa orang istri, namun Fatmawati yang lebih banyak mendampingi Bung Karno saat menjadi presiden.
Fatwamati juga berjasa dalam kemerdekaan Indonesia. Dia menjahit sang saka merah-putih untuk dikibarkan pada upacara kemerdekaan 17 Agustus 1945. Bendera tersebut kini tidak lagi dipakai karena telah usang, namun masih tersimpan di Monumen Nasional (Monas). Saat upacara HUT-RI yang diselenggarakan setiap tanggal 17 Agustus bendera pusaka selalu dikibarkan. Bendera yang dikibarkan adalah duplikat dari bendera pusaka yang dijahit oleh Fatmawati.
Dari Fatmawati Bung Karno memiliki anak bernama Megawati Soekarno Putri, yang merupakan presiden RI ke-4. Megawati adalah ketua umum PDI Perjuangan yang merestui Jokowi mencalonkan diri sebagai presiden RI pada tahun 2014 yang lalu. Hingga akhirnya Jokowi terpilih sebagai presiden Indonesia yang ke-7.
Sumber
Tidak ada komentar:
Write komentar