Sabtu, 19 Agustus 2017

Anies Baswedan, Amien Rais, Dan Sensitivitas Jokowi Hadapi Sengkuni

Anies Baswedan, Amien Rais, Dan Sensitivitas Jokowi Hadapi Sengkuni

Berita Dunia Jitu - Amien Rais dan Anies Baswedan adalah sebagian lawan politik Presiden Jokowi. Namun, untungnya Presiden Jokowi memiliki political sense, dan instink politik yang luar biasa, meskipun dia bukan orang politik. Pemahaman dan langkah politiknya sering gagal dipahami dan jebakan demi jebakan berhasil menenggelamkan para lawan politiknya. Justru karena dia bukan politikus, namun pemain politik tingkat tinggi. Dia mampu meramu banyak hal untuk bisa menjadikannya dewa politik yang tak tertandingi di tengah perlawanan para politikus sengkuni.

Apa yang membuatnya begitu digdaya? Apa yang membuatnya mampu berkelit dari ancaman pemakzulan? Apa yang membuatnya bisa membubarkan KMP yang 64% itu? Apa yang membuatnya mampu merangkul Mega dan SBY dalam satu atap kemegahan upacara HUT Indonesia ke-70? Apakah yang bisa membuat dia tegas memecat dan merangkul kawan dan lawan secara elegan? Bahkan membungkam tanpa musuh itu sakit hati – di luaran lho. Instink politik tingkat tingginya yang mengagumkan, kawan dan lawan dibuat tidak berkutik.

The Maverick dan Unpredictable

Modal kuat instink politik Presiden Jokowi ditambah dengan kemampuan membaca situasi yang rumit dengan cara sederhana – tapi tidak menyederhanakan masalah, membuatnya begitu tangguh perkasa . Tenang.

Presiden Jokowi adalah the maverick. Berani tampil beda, nyleneh. Ketika ada yang meniru, maka beliau mencari hal lain yang membuat orang kaget. Belum ada satu pun presiden selain Bung Karno yang begitu menginspirasi rakyatnya. Mencengangkan.

Hadiah sepeda untuk rakyat dan pejabat sungguh mengesankan. Memelihara kodok dan melepas ular sawah di kolam Istana Kebun Raya Bogor, membuat impresi ahli pertanian. Melepas burung, memelihara kambing di Istana Bogor. Tampak mencintai lingkungan.

Tidak ada yang berinisiatif mendampingkan rusa peninggalan kolonial Belanda dengan kambing simbol makhluk bermanfaat para petani kampung dan desa Indonesia. Rakyat suka-cita melihat kambing bercampur rusa di Istana Bogor.

Dalam hal the Unpredictable, dia selalu menampilkan hal yang tak terduga,namun perhitungan matang tidak ngawur. Bukan asal. Pilihan unpredictability-nya didasarkan asas manfaat, hukum, politik, kebangsaan yang luar biasa luas. Contohnya banyak sekali.

Manuver pembubaran KMP dengan menyeret Golkar ke pemerintahan. Pansel KPK semua beranggotakan perempuan berintegritas. Upacara HUT Kemerdekaan RI dan pidato kenegaraannya dengan pakaian adat Nusantara. Pelantikan taruna Polri dan TNI di Istana Negara, yang jelas membanggakan mereka dan bangsa Indonesia.

Semuanya diarahkan untuk mendorong rakyat untuk membangun Negara. Pun itu dicontohkan dengan benar-benar membangun infra-struktur ekonomi yang hebat. Untuk itu sensitivitas politik dan kemampuan merangkul kawan dan lawan tanpa kebencian menjadi patokan dan acuannya.

Tentu tenaga ahli direkrutnya, meski dulu duduk di rezim pengangguran 10 tahun SBY. Ignatius Jonan, Sri Mulyani Indrawati, Agus Martowardojo, Sutrsino Bachir, dan banyak lainnya masuk mendukung pembangunan Presiden Jokowi. Penguatan sendi ekonomi membuat Indonesia menjadi salah satu negara dengan kerentanan gejolak ekonomi rendah, di muka Bumi.

Para menteri hebat diangkat, karena integritas dan kemampuan. Susi Pudjiastuti – bisa diangkat menjadi tokoh kompromi sebagai wakil presiden mendampingi Jokowi – menjadi penopang visi kelautan. Untuk mendampingi Susi, dipasang Jenderal Luhut Binsar Pandjaitan, untuk mendampinginya. Prestasinya? Kedaulatan laut Nusantara paling kuat dalam sejarah bangsa Indonesia, mengalahkan eyang saya sang diktator otoriter Presiden Soeharto.

Kecerdasan Pemanfaatan Informasi Intelejen

Informasi adalah senjata dan kekuatan. Itu yang diyakini oleh Presiden Jokowi. Begitu intelejen dikuasai maka pemetaan menyeluruh dilakukan. Pemilahan kasus dan fenomena dengan skala prioritas dilakukan. Hasilnya, seluruh kekuasaan di tangannya. Dan, demi hegemoni pun dia tahu BIN, TNI-Polri dan parpol perlu dilirik dan dirangkul.

Namun, yang tak kalah pentingnya adalah media dan medsos; media mainstream dilawan dengan medsos yang intens. Hasilnya Hary Tanoe sang raja media bertekuk lutut. Presiden Jokowi mampu membaca kekuatan media seperti Globo di Brazil yang menjadi dewa. Di Indonesia media mainstream mampu diredam dengan kepribadian dan kesederhanaan Presiden Jokowi lewat medsos yang mengena. Informasi baik yang jelas maupun yang mentah dicernanya.

Manuver Anies Baswedan yang menggandeng FPI untuk Pilpres 2019 sudah terbaca oleh Presiden Jokowi. Jelang dua tahun menguasai Kementrian Pendidikan, Anies Baswedan tak mampu melihat penyelewengan dana sertifikasi guru. Maka pilihannya dipecat.


Juga terkait bantuan politik pemenangan Jusuf Kalla kepada Anies Baswedan juga telah dipahami jauh hari. Suatu saat JK ini pasti akan memunculkan keasliannya. Benar. Pilkada DKI menjadi pembuktian pemahaman tajam Jokowi terkait tingkah laku orang di sekelilingnya.

Tentang JK sejak awal tidak diberi peran apapun selain peran sebenarnya sebagai wapres; ban serep. Dan, itu tidak melanggar apapun. Tidak norma, tidak konstitusi. Terkait Anies Baswedan yang menyelipkan buku G 30 S PKI di pameran buku Frankfurt berbiaya Rp 147 miliar, dan penyelewengan uang sertifikasi kebanyakan guru bernilai triliuan rupiah, dan juga tidak adanya prestasi sama sekali membuatnya dipecat.

Bukan hanya hal yang merugikan yang diamati. Gerakan penjerumusan dari internal dan eksternal partai pun tak luput dari pengamatannya. Menteri mentereng yang bisa mengendus dari dalam seperti Rini Soemarno digoyang; Jokowi tetep teguh memertahankan. Untuk membersihkan oli harus pakai sabun yang mengandung minyak, agar bisa bersih. Bukan hanya dengan air, atau lap kering.

Pilpres 2019

Menghadapi Pilpres 2019, pembacaan situasi sudah lama dilakukan. Tanpa basa-basi Presiden Jokowi akan menjadi kandidat presiden 2019. Untuk itu, strategi pun perlu dilakukan dalam menghadapinya. Jauh sebelum pelajaran kasus Pilkada 2017, dia telah mengetahui pola kampanye dan strategi lawan dan kawan – baik maupun yang sengkuni.

Para orang semacam Anies Baswedan, Amien Rais, partai agama PKS, Prabowo, SBY dan berbagai elemen lain akan menjadi lawannya. Pola kampanye pun akan sama. Isu PKI, segregasi dan memecah-belah anak bangsa akan dipraktikkan oleh lawan. Namun, itu ada deterrent-nya. Para manusia sengkuni akan dipres dan ditangani dan diperhatikan oleh tim khusus. Khususnya adalah merusak kekuatan pendukung mereka, sehingga rapuh dan lemah.

Untuk melawan itu, maka Perppu Ormas secara strategis menjadi senjata Jokowi untuk mematikan mereka. Juga, jauh hari sejak setahun lalu, perang kepentingan untuk memaksakan UU Pilpres dengan PT (presidential threshold) 20-25 adalah wajib disahkan. Dan, maneuver ini dimenangkannya. Lawan meradang karena kalah strategi, termasuk SBY dan Prabowo keok habis.

Kepribadian Sederhana Hadapi Sengkuni

Dari semua ulasan tersebut. Timbul pertanyaan awal. Apa yang melatarbelakanginya sehingga Jokowi menjadi begitu sederhana memegang semua kekuatan mereka? Apa modal dasar menghadapi sengkuni politik yang terdiri dari (1) para mafia dan koruptor, (2) politikus semprul dan korup, (3) bandar narkoba, dan (4) teroris?

Dalam diri Jokowi ada sifat sederhana, jujur, berani, benar bersikap dan bernalar. Selain itu determinasi tinggi, keyakinan, ketegasan, dan kewibawaan melekat erat dalam dirinya. Pun kedekatan dengan rakyat adalah kebahagiaannya. Magnet itu begitu besar hingga menggetarkan orang yang pernah bertemu langsung dengannya.

Dan, yang lebih penting lagi dia sejatinya bukanlah seorang politikus, namun guru dan dewa politikus. Baginya, politik hanyalah alat baginya untuk mencintai dan membangun bangsa. Bukan untuk menumpuk kekayaan. Kehormatan tinggi baginya adalah ketika mampu membahagiakan rakyat banyak. Rakyat biasa sampai pejabat baginya adalah tetap rakyat yang terhormat yang dia layani. Mau sepeda? Mau? Saya juga mau Pakde. Salam bahagia ala saya.

Sumber

Tidak ada komentar:
Write komentar