Jumat, 25 Agustus 2017
Kasus Saracen Mirip Kasus E-KTP
Berita Dunia Jitu - Kasus yang sedang menyeret Saracen ini sedikit mengejutkan saya. Saracen diketahui membentuk grup di Facebook sejak tahun 2015, dengan akun sebanyak 800.000 buah (alamak, banyak banget kayak kuman membelah diri). Saracen juga diketahui sering menyebarkan ujaran kebencian berdasarkan SARA melalui media Facebook.
Hasilnya tiga petinggi Saracen pun ditangkap yaitu Jasriadi, Sri Rahayu Ningsih dan MFT. Jasriadi adalah ketua sindikat Saracen, sementara MFT berperan sebagai Ketua Bidang Media Informasi dan Sri Rahayu sebagai Koordinator Wilayah Cianjur, Jawa Barat.
Sedangkan Sri Rahayu sudah ditangkap sejak awal Agustus karena kerap menyebarkan ujaran kebencian kepada Jokowi dengan menyebarkan meme. Salam kena ciduk dah.
Mari kita bermain-main dengan spekulasi. Ini bagian menariknya. Yang pertama adalah Polri menduga ada indikasi sindikat Saracen mengunggah konten bermuatan SARA selama pilkada. Data tersebut ditemukan lewat jejak forensik di grup Saracen. Hahaha, ketahuan deh. Pilkada apakah yang dimaksud? Meski tidak disebutkan, tapi saya tak akan kaget kalau yang dimaksud adalah pilkada DKI Jakarta.
Hal menarik lainnya adalah polisi menduga ada motif ekonomi dari aksi Saracen selama ini. Konten-konten yang diunggah dan disebar Saracen dibuat berdasarkan pesanan. Dugaan ini ada karena ditemukannya proposal konten SARA. Di proposal tersebut disebutkan harga pembuatan konten SARA yang mencapai Rp 75 juta hingga Rp 100 juta.
Pertanyaan emasnya adalah, siapakah yang rela mengeluarkan uang sebanyak itu? Tidak mungkinlah tukang siomay atau tukang parkir. Kalau sudah berbicara mengenai uang sebanyak itu, pastilah ada hubungan dengan masa pilkada. Sulit untuk tidak menemukan keterkaitannya. Memangnya siapa yang mau buang uang kalau bukan karena pilkada? Sudah paham maksud saya?
Jadi kalau dugaan mengenai keterkaitan dengan pilkada itu benar adanya, maka ini akan menjadi skandal paling memalukan dalam sejarah negara ini. Sepertinya yang kita tahu, pilkada yang lalu memang penuh dengan intrik kotor, nuansa SARA sangat keterlaluan. Jadi apakah Saracen juga ikut terlibat di dalamnya? Mari tunggu penyelidikan kepolisian.
Dan jika benar terbukti, maka sebuah kebenaran akan terungkap di depan kita. Dan sejauh yang saya tahu, polisi sedang mencari tahu siapa klien Saracen, yang memesan mereka untuk menyebarkan SARA, tapi belum berhasil. Pelaku yang tertangkap masih tutup mulut. Tapi sekali lagi, jika satu kondisi terpenuhi yaitu Saracen memang terlibat dalam Pilkada, maka besar kemungkinan klien mereka adalah pihak yang sangat berkepentingan. Bahkan saya tak kaget kalau misalnya nanti ada nama besar yang terlibat.
Siapakah mereka? Ssssttttt, tak elok kalau kita sebut merek sekarang, nanti jatuh ke fitnah meski saya punya prediksi sendiri. Tunggu saja kejutan dari kepolisian. Jika data klien ini bocor, ini akan menjadi berita paling menghebohkan sekaligus memalukan bagi pelaku. Saya yakin banyak yang terlibat di sini, dan sekarang sedang keringat dingin tak bisa tidur dan buang air besar. Tuhan tidak pernah tidur dan sedang memberikan kita tontonan yang menarik.
Selain itu beberapa nama dikaitkan dengan sindikat ini, di antaranya Eggi Sudjana dan Mayjen TNI (Purnawirawan) Ampi N Tanudjiwa. Ampi adalah salah satu bakal calon gubernur yang akan maju di Pilgub Banten 2017 dan mendeklarasikan diri sebagai calon perseorangan di gedung Korpri Serang pada 16 Juni 2016. Sedangkan Eggi Sudjana, tak usah lagi saya ceritakan orang ini. Pembaca pasti sudah kenal. Akan tetapi dua orang ini sudah menepis isu tersebut.
Berhubung saya tidak mau membuat prediksi liar, setidaknya saya sudah berikan clue atau petunjuknya. Saya punya prediksi sendiri, dan saya yakin kepolisian juga sudah mengantongi siapa saja yang terlibat dan siapa saja yang memesan, tapi masih butuh bukti kuat sebelum melakukan serangan. Saya hanya berharap kepolisian total mengusut kasus ini dan bila perlu menyeret nama pemesannya biar dilihat semua orang. Sungguh keji menggunakan isu murahan seperti ini demi kepentingan mereka. Sungguh biadab.
Oh iya satu clue terakhir. Kalau SARA sudah bermain, biasanya ranah yang paling terkait adalah ranah politik. Makanya jangan heran kalau nanti Saracen terbukti terlibat dalam penyebaran ujaran SARA selama pilkada seperti dugaan awal kepolisian. Kalau politik sudah bermain, jangan heran pula kalau misalnya nanti ada politisi yang rupanya terlibat. Makanya saya katakan kasus ini sama hebohnya dengan kasus E-KTP yang melibatkan banyak nama, dan nama-nama tersebut sekarang sedang meriang.
Yang jelas pasukan sumbu pendek tak bisa lagi leluasa koar-koar seperti orang gila. Tukang sebar isu SARA dan hoax tak bebas seperti dulu. Isu Saracen ini rupanya masih membuktikan kalau jualan SARA sangat laku di Indonesia. Banyak yang masih mau ditipu dan digobloki. Bukannya malu karena telah dibodohi, nyatanya banyak yang malah bangga dengan kebodohannya.
Mari kita dukung kepolisian mengusut tuntas kasus ini dan menemukan dalang serta oknum pemesannya. Dan entah kenapa sejak tahu kasus Saracen ini, saya jadi teringat dengan Ahok. Entah kenapa saya merasa makin jelas kalau dia adalah korban dari ini semua.
Sumber
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Write komentar